pengaruh berbahasa,berpikir, dan berbudaya









BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Berbahasa
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama (Dardjowidjojo,2008:16). F.B Condillac seorang filusuf bangsa perancis berpendapat bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian teriakan-teriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna dan yang lama-kelamaan semakin panjang dan rumit. Menurut Brooks bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia.
Berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi.  Dalam linguistik bahasa sebagai objek kajiannya, sedangkan berbahasa adalah objek kajian ilmu psikologi. Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia, sama dengan kemampuan perilaku untuk berfikir, bercakap-cakap, bersuara ataupun bersiul. Bebahasa merupakan kegiatan dan proses memahami dan menggunakan isyarat komunikasi yang disebut bahasa. Berbahasa merupakan gabungan dari dua proses yaitu proses produktif dan proses reseptif. Proses produktif berlangsung pada diri sang pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna. Sedangkan proses reseptif bergantung  pada diri pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna.


2.1.1 Fungsi Bahasa
Beberapa fungsi bahasa yang disebutkan oleh Chaer sebagai berikut.
  1. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
  2. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara dan keadaan.
  3. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik.
  4. Fungsi entertaimen adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan perasaan batin seseorang.
2.1.2   Struktur bahasa.
Menurut linguistik generative transformasi setiap kalimat yang kita ucapkan mempunyai struktur bahasa ada dua macam yaitu struktur dalam dan struktur luar.
  1. Struktur dalam adalah struktur kalimat itu secara abstrak yang berada didalam otak penutur sebelum kalimat diucapkan.
  2. Struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan yang dapat kita dengar dan bersifat konkret.
Setiap bahasa menurut linguistik generative transformasi, dibangun oleh tiga komponen yaitu komponen sintaks, komponen semantik, dan komponen fonologi.
  1. Komponen sintaksis adalah urutan dan organisasi kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa menurut aturan atau rumus dalam bahasa itu.
  2. Komponen semantik adalah pemahaman akan kata-kata yang di ucapkan.
  3. Komponen fonologi adalah system bunyi suatu bahasa.

2.1.3 Proses Bahasa
Proses rancangan bahasa produktif dimulai dengan enkode semantik yakni proses penyusunan konsep, ide, atau pengertian. Kemudian dilanjutkan dengan proses decode dramatikal yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal. Selanjutnya diteruskan enkode fonologi yakni penyusunan unsur bunyi dari kode itu.
Proses enkode ini terjadi pada otak pembicara. Proses decode dimulai dengan decode fonologi yakni penerimaan unsur-unsur bunyi melalui telinga pendengar. Kemudian dilanjutkan dengan proses decode gramatikal yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal. Lalu diakhiri dengan decode semantik yakni pemahaman akan konsep-konsep atau ide-ide yang dibawa oleh kode-kode tersebut. Proses decode ini terjadi pada otak pendengar.
Dari proses enkode dan decode ini terjadilah proses transmisi, proses transmisi adalah proses pemindahan atau pengiriman kode-kode yang terdiri atas ujaran manusia yang disebut bahasa. Proses ini terjadi antara mulut pembicara sampai ke telinga pendengar. Proses enkode dan decode ini terangkum dalam proses komunikasi.
2.1.4 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung dalam otak anak-anak etika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Ada dua proses ketika seorang anak-anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Yang kedua adalah proses performansi, yaitu pelaksanaan tatabahasa, dan kemampuan menerbitkan kalimat-kalimat baru.



Beberapa hipotesis linguis yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa
a. Hipotesis Nurani
Hipotesis nurani adalah sebuah hipotesis yang membuktikan bahwa manusia lahir dilengkapi oleh suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Setiap bahasawan tentu mampu memahami dan membuat kalimat-kalimat dalam bahasanya karena dia telah “menuranikan” atau “menyimpan dalam nuraninya” akan tata bahasanya itu menjadi kompetensi (kecakapan) bahasanya, mereka juga menguasai kemampuan perormansi (pelaksanaan) bahasa itu.
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak, diantara hasil pengamatan adalah sebagai berikut.
  1. Semua kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya asal saja “diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya kana-kanak tidak diasingkan dari kehidupan ibunya (keluarganya).
  2. Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak.
  3. Kalimat yang didengar kanak-kanak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap, dan jumlahnya sedikit.
  4. Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain selain manusia, hanya manusia yang dapat berbahasa.
  5. Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak di mana pun sesuai dengan jadwal yang erat kaitannya dengan prose pematangan jiwa kanak-kanak.
  6. Struktur bahasa sangat rumit, kompleks dan bersifat universal. Namun dapat dikuasai kanak-kanak dalam waktu yang relative singkat, yaitu dalam waktu antara tiga tahun dan empat tahun saja.

b. Hipotesis Tabularasa
Tabularasa secara harfiah artinya adalah kertas kosong. Dalam artian belum diisi apa-apa. Hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis dan diisi dengan pengalaman-pengalaman. Menurut hipotesis ini, semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristriwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu.
c. Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif. Struktu-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang disekitarnya. Urutan pemerolehan ini secara garis besar adalah sebagai berikut.
  1. Pada usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-kanak mengembangkan pola-pola aksinya dengan cara beraksi terhadap alam sekitarnya.
  2. Setelah struktur aksi dinuranikan, maka anak-anak memasuki tahap representasi kecerdasan, yang terjadi diantara usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini kanak-kanak mampu membentuk representasi simbolik benda-benda. Seperti permainan simbolik, peniruan, bayangan mental, gambar-gambar, dll.
  3. Setelah tahap representasi kecerdasan, dengan representasi simboliknya. Berakhir, maka bahasa kanak-kanak semakin berkembang, dan dengan mendapat nilai-nilai sosialnya. Struktur linguistik mulai dibentuk berdasarkan bentuk-bentuk kognitif umum yang telah dibentuk ketika berusia kurang lebih dua tahun.
2.2 Berpikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep Bochenski dalam Suriasumantri, (1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.  Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Berikut adalah macam-macam cara berpikir.







1.      Memahami Gaya Pemikiran yang Berbeda
Tidak ada satu cara yang tepat untuk memikirkan banyak hal. Sebaliknya, terdapat banyak cara untuk berpikir, beberapa di antaranya lebih efektif daripada yang lain. Anda perlu mempelajari berbagai jenis pemikiran untuk dapat lebih memahami proses berpikir Anda sendiri, serta proses berpikir orang lain.
-Pelajari pemikiran konseptual. Ini pada dasarnya adalah belajar untuk menemukan pola dan hubungan di antara ide-ide abstrak, sehingga Anda dapat membentuk sebuah gambaran secara keseluruhan. Sebagai contoh, Anda mungkin menggunakan pemikiran konseptual di dalam sebuah permainan catur. Anda mungkin melihat papan dan berpikir "konfigurasi dari buah-buah catur ini tampaknya tidak asing" dan menggunakannya untuk memindahkan buah-buah catur Anda, didasarkan pada bagaimana Anda melihat pola permainannya.
-Belajarlah untuk berpikir secara intuitif. Ini pada dasarnya adalah apa yang dimaksudkan dengan bertindak berdasarkan insting (Anda sebaiknya hanya bertindak berdasarkan insting). Seringkali otak Anda memproses lebih banyak hal daripada yang Anda sadari dan itu adalah yang dinamakan insting. Sebagai contoh, memutuskan bahwa Anda tidak ingin berkencan dengan seorang pria yang tampaknya baik karena insting Anda memperingatkan Anda dan mengetahui kemudian bahwa dia adalah pelaku kejahatan seks yang telah dinyatakan bersalah. Otak Anda telah memperoleh sinyal-sinyal tertentu yang kemungkinan tidak Anda sadari.
2. Pelajari 5 Macam Gaya Berpikir
Harrison dan Bramson di dalam The Art of Thinking mendalilkan 5 gaya berpikir sintesis, idealis, pragmatis, analis, dan realis. Mengetahui yang mana gaya anda dan gaya apa yang cenderung anda gunakan dapat membantu anda untuk lebih memanfaatkan pola pikir anda sendiri. Anda bias saja memiliki satu gaya atau lebih tetapi menggunakan berbagai gaya ini dapat membantu anda lebih efektif menggunakan pemikiran anda.
-Sintesis cenderung menikmati konflik dan mereka cenderung untuk menanyakan jenis-jenis pertanyaan “bagaimana dan jika”. Namun demikian mereka menggunakan konflik tersebut mengisi kreativitas mereka sendiri dan seringkali dapat melihat gambaran secara keseluruhan dengan lebih baik.

-Idealis lebih sering melihat gambaran secara keseluruhan bukan hanya satu komponen. Mereka cenderung lebih tertarik pada orang dan perasaan daripada fakta dan angka. Mereka lebih memilih untuk memikirkan dan merencanakan masa depan.
-Pragmatis adalah tipe yang lebih suka melakukan “apapun yang bias  berhasil “. Mereka berpikir cepat dan melakukan perencanaan jangka pendek dengan baik dan biasanya kreatif dan cukup dapat beradaptasi terhadap perubahan. Terkadang mereka tampaknya melakukan hal-hal “secara spontan” tanpa semacam rencana apapun.
-Realis bukanlah orang yang nonses. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan cenderung untuk melakukan apa pun yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah. Mereka memiliki pemahaman yang baik tentang masalah dan sasaran yang bias mereka gunakan untuk mengatasinya. Mereka juga cenderung untuk lebih menyadari tentang keterbatasan mereka. Kebanyakan orang memiliki setidaknya kadar realis tertentu di dalam diri mereka.
3. Gunakan Cara Berpikir Divergen daripada cara berpikir konvergen
Berpikir konvergen adalah ketika anda, pada dasarnya hanya melihat dua buah pilihan, misalnya antara orang itu buruk atau baik. Berpikir divergen berarti pada dasarnya membuka pikiran anda segala arah, misalnya menyadari bahwa orang dapat  mencakup “ baik”dan “ buruk”.



4.Bangunlah Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah ketika anda secara objektif menganalisis suatu situasi atau informasi dengan mengumpulkan banyak informasi dan fakta dari sumber yang berbeda. Kemudian, anda mengevaluasi situasi tersebut berdasarkan informasi yang anda kumpulkan. Anda harus menguji asumsi yang anda buat berdasarkan pandangan anda terhadap dunia.
5.UjiAsumsi
Uji asumsi diperlukan untuk seseorang pemikir yang lebih efektif, anda perlu menguji asumsi-asumsi yang anda buat. Pemikiran anda akan langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan sosial anda. Anda perlu menentukan untuk diri anda sendiri, apakah pemikiran ini berguna atau tidak.
Pertimbangkan beberapa sudut pandang. Jika anda mendengar sesuatu, bahkan jika sesuatu tersebut bagus, kerjarlah melalui sumber-sumber lainnya.carilah fakta yang mendukung atau menyangkal hal tersebut dan lihatlah apa yang orang lain katakan.
6.Kembangkan Rasa Ingin Tahu
Orang-orang yang dianggap “ para pemikir besar “ adalah orang-orang yang telah melatih rasa ingin tahu mereka. Mereka bertanya tentang dunia dan tentang diri mereka sendiri serta mencari jawabanya.
7.Cari Kebenaran
Carilah "kebenaran". Bagian yang sulit tentang langkah ini adalah bahwa tidak akan selalu ada sebuah "kebenaran" hakiki. Namun, dengan tetap melakukan yang terbaik yang Anda bisa untuk sampai ke pokok permasalahan (sosial, politik, pribadi, dll.), maka hal tersebut akan sangat membantu Anda berlatih dan memperdalam kemampuan berpikir Anda saat ini.
Lakukanlah yang terbaik untuk memilih jalan Anda melalui ranjau darat retorik pada masalah-masalah tertentu, untuk mencari tahu apa yang benar-benar ditunjukkan oleh buktinya (fakta yang benar). Pastikan untuk tetap berpikiran terbuka saat Anda melakukan hal ini, jika tidak, Anda akan mulai mengabaikan semua fakta kecuali yang mendukung klaim yang Anda percayai atau setujui.
Sebagai contoh, isu perubahan iklim telah menjadi sangat dipolitisasi, yang telah membuatnya menjadi sulit bagi orang-orang untuk memilah fakta-fakta yang sebenarnya (misalnya, perubahan iklim yang terjadi dan hal tersebut terjadi dengan cepat, serta hal tersebut adalah karena ulah manusia[7]), karena terdapat begitu banyak informasi yang salah dan saling tuding, sehingga fakta-fakta yang sebenarnya cenderung diabaikan atau dikalahkan).

8.Temukan Solusi yang Kreatif
Sebuah cara yang baik untuk melatih kemampuan berpikir Anda adalah dengan menggunakan pemikiran kreatif Anda, untuk membantu Anda menemukan strategi yang tidak biasa dan di luar kebiasaan, untuk mengatasi kejadian-kejadian yang tidak biasa. Ini adalah sebuah cara untuk berlatih menggunakan kemampuan berpikir Anda di sekolah, di tempat kerja, bahkan di atas bus.
o        Melamun telah terbukti menjadi alat yang sangat kuat bagi orang-orang dalam hal berpikir, memecahkan masalah dan membuat sesuatu terwujud. Sisihkan sedikit waktu setiap hari untuk membiarkan diri Anda sendiri untuk melamun. Cukup temukan sebuah tempat yang tenang dan biarkan pikiran Anda berkeliaran dengan bebas (sebelum Anda pergi tidur biasanya merupakan waktu yang baik untuk melakukan hal ini).[9]
o        Jika Anda mengalami kesulitan dengan suatu masalah dan mencari cara kreatif untuk mengatasi hal tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang baik untuk ditanyakan kepada diri Anda sendiri: tanyakan kepada diri Anda sendiri, apa yang akan Anda lakukan jika Anda memiliki akses ke sumber daya apa pun di dunia; tanyakan kepada diri Anda sendiri, siapa yang akan Anda mintai bantuan, jika Anda bisa memintanya kepada siapa pun; tanyakan kepada diri Anda sendiri, apa yang mungkin Anda coba lakukan jika Anda tidak takut dengan kegagalan. Pertanyaan-pertanyaan ini memungkinkan Anda untuk membuka pikiran Anda untuk kemungkinan-kemungkinan, bukan hanya melihat batasan-batasan.
9.Dapatkan Informasi
Anda ingin memastikan bahwa Anda tahu cara untuk memperoleh informasi dan informasi yang baik. Terdapat banyak omong kosong di luar sana, beberapa di antaranya bisa tampak sangat nyata. Anda harus belajar untuk mengetahui perbedaan antara sumber informasi yang baik dan sumber yang buruk.
o        Perpustakaan adalah sumber daya yang luar biasa untuk menemukan informasi! Mereka tidak hanya memiliki buku-buku dan film, serta dokumenter yang dapat Anda pinjam, mereka juga sering menawarkan kelas dan lokakarya gratis, atau informasi tentang kelas dan lokakarya gratis. Mereka memiliki pustakawan yang bisa menjawab pertanyaan Anda atau mengarahkan Anda ke informasi yang tepat.
o        Perpustakaan juga sering memiliki arsip dengan gambar dan surat kabar dari kampung halaman atau kota Anda, dan dapat menjadi sumber daya yang luar biasa untuk mempelajari lebih lanjut tentang tempat di mana Anda tinggal.
o        Tempat-tempat tertentu di internet dapat menjadi tempat yang luar biasa dalam menawarkan informasi. Anda bisa memperoleh pengetahuan komputasi dan ilmiah yang baik dari Wolfram|Alpha[11], Anda dapat melihat naskah-naskah digital dari abad pertengahan hingga ke buku-buku catatan seniman setelahnya[12], atau Anda bisa mencoba beberapa pembelajaran gratis di situs web Open University[13]. Ingatlah bahwa Anda harus selalu melatih tingkat skeptisisme yang sehat tentang apa pun yang Anda pelajari (baik di internet atau di buku, atau melalui film dokumenter). Berpegang pada fakta dan menjaga pikiran yang terbuka akan lebih membantu Anda daripada kecerdasan alami apa pun.
10.Gunakan Bahasa untuk Mengubah Pemikiran Anda
Para ilmuwan telah menemukan bahasa yang benar-benar membantu mempengaruhi cara Anda berpikir. Sebagai contoh, orang-orang yang tumbuh di dalam budaya yang menggunakan mata angin (utara, selatan, timur, barat) dibandingkan hal-hal seperti kanan dan kiri, seperti di dalam budaya Inggris, sebenarnya telah memperoleh kemampuan untuk menemukan mata angin dengan bantuan sebuah kompas.
o        Belajar setidaknya satu bahasa lain. Para ilmuwan juga menemukan bahwa dwibahasawan (orang yang dapat berbicara dalam lebih dari satu bahasa) melihat dunia sesuai dengan bahasa yang mereka gunakan. Mempelajari sebuah bahasa baru akan membantu memperkenalkan Anda pada cara berpikir yang baru.
11. Belajarlah secara Luas
Belajar tidak hanya tentang pergi ke sekolah dan menghafal beberapa fakta. Belajar adalah sesuatu yang membutuhkan waktu seumur hidup dan dapat mencakup berbagai hal. Bila Anda selalu belajar, Anda akan selalu berpikir dan akan terekspos pada cara-cara baru dalam berpikir.
o        Berhati-hatilah tentang penggunaan dan ketertarikan Anda terhadap otoritas. Jangan mengandalkan pendapat orang lain, bahkan jika mereka tampaknya tahu apa yang mereka bicarakan. Periksalah fakta-faktanya, lihatlah dari sudut pandang alternatif. Jika Anda melihat kelemahan di dalam argumen atau penalaran mereka, selidikilah. Jangan pernah berhenti menyelidiki sesuatu hanya karena seorang tokoh otoritas (seperti berita atau dosen Anda, atau senator Anda). Sekarang, jika berbagai sumber independen membuat argumen atau klaim yang sama, kemungkinan besar hal tersebut adalah benar.
o        Latihlah skeptisisme yang sehat terhadap apa yang Anda ungkapkan. Pastikan bahwa Anda menemukan informasi yang dikuatkan oleh lebih dari satu sumber (yang terbaik adalah untuk mencari sumber-sumber yang independen). Selidikilah siapa yang membuat klaim (apakah mereka disubsidi oleh perusahaan-perusahaan minyak yang besar, apakah mereka memiliki kepentingan dalam menyebarkan informasi yang salah, apakah mereka hanya tidak tahu apa yang mereka bicarakan?).
o        Cobalah hal-hal baru dan keluarlah dari zona kenyamanan Anda. Semakin banyak Anda melakukan hal ini, semakin mudah Anda dapat melihat pendapat dan ide-ide yang tidak segera sesuai dengan pandangan Anda. Hal ini juga akan memperkenalkan Anda kepada ide-ide yang Anda tidak akan pernah temui. Jadi, cobalah mengikuti kelas memasak atau belajar merajut, atau menjadi tertarik terhadap astronomi amatir.
12. Gunakan Latihan Membangun Pikiran
Terdapat beberapa hal tertentu yang dapat Anda lakukan, yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir Anda. Berpikir adalah sama halnya seperti otot mana pun di dalam tubuh Anda. Semakin banyak Anda menggunakan otak Anda, semakin kuat ia jadinya dan semakin baik Anda akan dapat berpikir.
o        Kerjakan latihan matematika. Mengerjakan latihan matematika secara teratur dapat menjadi sebuah dorongan besar terhadap fasilitas mental Anda dan dapat membantu Anda untuk menjauhi penyakit seperti Alzheimer. Kerjakan sedikit latihan matematika setiap hari (tidak harus kalkulus, tetapi ketika Anda melakukan penjumlahan, lakukanlah di dalam kepala Anda, bukan menggunakan kalkulator, dll.).
o        Hafalkan sebuah puisi. Tidak hanya ini merupakan sebuah trik pesta yang besar (terutama jika itu adalah sebuah puisi yang panjang), tetapi ia juga akan membantu meningkatkan memori Anda, yang pada gilirannya akan membantu kemampuan berpikir Anda. Anda juga dapat menghafal beberapa kutipan untuk digunakan di dalam percakapan, pada saat yang tepat.
13. Melatih Kewaspadaan
Pentingnya kewaspadaan yang berhubungan dengan berpikir adalah bahwa selain ia dapat membantu memperjelas pikiran kita, ia juga dapat membantu membawa kita keluar dari pemikiran ketika dibutuhkan. Kewaspadaan dapat membantu meringankan masalah mental dan dapat membantu dalam mengejar pengetahuan dan pemikiran.
o        Anda bisa melatih kewaspadaan saat Anda sedang berjalan-jalan. Daripada menggodoknya di dalam pikiran Anda, fokuslah pada lima indera Anda: perhatikan hijaunya pepohonan, persisnya warna biru di langit, perhatikan awan yang berkejaran di atas. Dengarkan suara langkah kaki Anda, angin di antara dedaunan, orang-orang berbicara di sekitar Anda. Peduli terhadap bau-bauan dan apa yang Anda rasakan (apakah itu dingin, hangat, berangin, dll.). Jangan memberikan penilaian terhadap hal-hal ini (terlalu dingin, langit yang indah, bau yang tidak enak, dll.), cukup memperhatikan mereka.
o        Lakukan meditasi setidaknya 15 menit setiap hari. Hal ini akan membantu untuk menjernihkan pikiran dan pemikiran Anda, serta akan memberikan otak Anda istirahat, yang sangat dibutuhkan. Ketika Anda baru saja mulai, carilah tempat yang tenang untuk duduk tanpa gangguan (dengan semakin mudahnya hal ini bisa dilakukan, Anda bisa bermeditasi di atas bus, di meja Anda di tempat kerja, di bandara). Tarik napas dalam-dalam ke dalam perut Anda dan ketika Anda melakukannya, fokus pada pernapasan Anda. Bila Anda menemukan pikiran yang menyimpang mengalir di dalam kesadaran Anda, jangan terlibat, cukup menjaga pernapasan dan fokus pada menghirup dan menghembuskan napas Anda.
2.3 Kebudayaan
Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat, hanya saja ada suatu masyarakat yang lebih baik perkembangan kebudayaannya dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya. Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang merumuskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan manusia untuk menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kepntingan masyarakat.
Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya dibagi menjadi 7 unsur, yaitu :
1. Unsur religius;
2. Sistem kemasyarakatan;
3. Sistem peralatan;
4. Sistem mata pencaharian hidup;
5. Sitem bahasa;
6. Sistem pengetahuan;
7. Kesenian.

Berdasarkan unsur diatas, maka kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud, antara lain:
·    -Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya. Ini merupakan wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan itu hidup.
·     -Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
·    - Kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.

2.4 Berbahasa, Berpikir, dan Berbudaya
Berbahasa, berpikir,dan berbudaya saling berkaitan. Berbahasa menyampaikan pikiran pembicara mengenai kehidupan berbudaya. Sebelum berbahasa terjadi proses berpikir itu akan digunakan untuk berkomunikasi di masyarakat yang berbudaya.
2.4.1. Teori  Wilhelm Von Humboldt
Wilman helm Von Humboldt
 Wilman helm Von Humboldt lahir Jerman, 22 Juni 1767. Beliau seorang filsuf, pejabat Negara diplomat jerman, dan pendiri Humboldt Universitat. Beliau dikenal terutama sebagai linguis yang banyak menyumbang kepada filsafat bahasa danteoripraktik pendidikan. Beliau juga dikenal sebagai naturalis dan ilmuwan.
Sarjana jerman abad ke-19 ini menekankan adanya ketergantungan pemikir manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan hidup dan budaya masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri. Anggota-anggota masyarakat itu tidak dapat menyimpang lagi dari garis-garis yang telah ditentukan oleh bahasanya itu. Kalau salah seorang dari anggota masyarakat ini ingin mengubah pandangan hidupnya, maka dia harus mempelajari dulu satu bahasa lain. Maka dengan demikian dia akan menganut cara berpikir (dan juga budaya) masyarakat bahasa lain.Mengetahui bahasa itu sendiri Von Humbolt berpendapat bahwa substansi bahasa itu terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berupa bunyi-bunyi, dan bagian lainnya berupa pikiran-pikiran yang belum terbentuk. Bunyi-bunyi dibentuk oleh lautform, dan pikiran-pikiran dibentuk oleh ideeform atau innereform. Jadi, bahasa menurut Von Humboldt merupakan sintese dari bunyi(lautform) dan pikiran (ideeform).

Dari keterangan itu bisa disimpulkan bahwa bunyi bahasa merupakan bentuk-luar, sedangkan pikiran adalah bentuk-dalam. Bentuk-luar bahasa itulah yang kita dengar, sedangkan bentuk dalam-bahasa berada di dalam otak. Kedua bentuk inilah yang ’’membelenggu’’ manusia dan menentukan cara berpikirnya. Dengan kata lain, Von Humboldt berpendapat bahwa struktur suatu bahasa menyatakan kehidupan dalam     (otak,pemikir) penutur bahasa itu.
2.4.2 Teori Sapir-Whorf
Edward Sapir
 Edward Sapir (1884–1939)adalah seorang anthropologis-linguis dari Amerika, yang dikenal secara umum sebagai figur penting pada awal perkembangan linguistik.
Sapir lahir di Jerman Pomerania; kedua orang tuanya beremigrasi menuju Amerika ketika ia masih kecil. Ia belajar linguistik Jerman di Columbia, di mana ia terpengaruh oleh Franz Boas untuk bekerja di bahasa asli Amerika. Sembari menyelesaikan studi doktornya, ia pergi ke California untuk bekerja dengan Alfred Kroeber mendokumentasikan bahasa asli di sana. Ia kemudian dipekerjakan oleh Survei Geologis Kanada selama lima belas tahun, tempat ia menjadi linguis yang paling signifikan di Amerika Utara, berdampingan dengan Leonard Bloomfield. Ia ditawarkan untuk studi profesor di Universitas Chicago, dan tinggal untuk beberapa tahun melanjutkan pekerjaannya menyusun prinsip linguistik. Di akhir hidupnya ia menjadi profesor antropologi di Yale. Murid-muridnya diantaranya adalah linguis Mary Haas dan Morris Swadesh, dan anthropologis seperti Fred Eggan Hortense Powdermaker.
Dengan latar belakang linguistiknya, Sapir menjadi salah satu mahasiswa Boas untuk mengembangkan paling benar-benar hubungan antara linguistik dan antropologi. Sapir mempelajari cara di mana bahasa dan pengaruh budaya masing-masing, dan ia tertarik pada hubungan antara perbedaan bahasa, dan perbedaan pandangan dunia budaya. Ini bagian dari pemikirannya dikembangkan oleh muridnya Benjamin Lee Whorf dalam prinsip relativitas linguistik atau hipotesis "Sapir-Whorf" . Dalam dunia antropologi Sapir dikenal sebagai pendukung awal pentingnya pengaruh psikologi terhadap antropologi, yang meyakini bahwa sifat hubungan antara individu yang berbeda merupakan hal yang penting untuk cara-cara di mana budaya dan masyarakat berkembang.
Di antara kontribusi besarnyauntuk linguistik adalah klasifikasinya bahasa Adat Amerika, yang ia uraikan selama sebagian besar kehidupan profesionalnya. Ia memainkan peran penting dalam mengembangkan konsep fonem modern, dan sangat memajukan pemahaman fonologi.
Sebelum Sapir itu umumnya dianggap tidak mungkin untuk menerapkan metode linguistik historis untuk bahasa pribumi karena mereka diyakini lebih primitif daripada bahasa Indo-Europa. Sapir adalah yang pertama untuk membuktikan bahwa metode linguistik komparatif sama-sama valid bila diterapkan pada bahasa pribumi. Dalam edisi 1929 dari Encyclopedia Britannica ia menerbitkan apa yang kemudian klasifikasi yang paling otoritatif dari bahasa asli Amerika, dan yang pertama berdasarkan bukti dari linguistik komparatif modern. Ia adalah yang pertama untuk menghasilkan bukti untuk klasifikasi Algic, Uto-Aztecan, dan bahasa Na-Dene. Ia mengusulkan beberapa keluarga bahasa yang tidak dianggap telah dibuktikan secara memadai, tetapi yang terus menghasilkan penyelidikan seperti Kuil Hokan dan Penutian.
Dia mengkhususkan diri dalam studi bahasa Athabascan, bahasa Chinookan, dan bahasa Uto-Aztecan, memproduksi deskripsi tata bahasa penting dari Takelma, Wishram, Southern Paiute. Kemudian dalam kariernya ia juga bekerja dengan Yiddish, Ibrani, dan Cina serta bahasa Jerman, dan ia juga diinvestasikan dalam pengembangan Auxiliary Bahasa Internasional.
 Pendapat yang hampir sama dengan Von Humboldt. Sapir mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini di bawah ’’belas kasih’’ bahasanya yang telah menjadi alat pengantar dalam kehidupannya bermasyarakat. Menurut sapir, telah menjadi fakta bahwa kehidupan suatu masyarakat sebagian ’’didirikan’’ diatas tabiat-tabiat dan sifat-sifat bahasa itu. Karena itulah, tidak ada dua buah bahasa yang sama sehingga dapat dianggap mewakili satu masyarakat yang sama.
Benjamin Lee Whorf (1897-1941), murid sapir, menolak pandangan klasik mengenai hubungan bahasa dan berpikir yang mengatakan bahwa bahasa dan berpikir merupakan dua hal yang berdiri sendiri-sendiri. Sama halnya dengan Von Humboldt dan sapir, Whorf juga menyatakan bahwa bahasa menentukan pikiran seseorang sampai kadang-kadang bisa membahayakan dirinya sendiri. Sebagai contoh, whorf yang bekas anggota pemadam kebakaran menyatakan ’’kaleng kosong’’ bekas minyak bisa meledak. Kata kosong digunakan dengan pengertian tidak ada minyak di dalamnya.Setelah meneliti bahasa hopi, salah satu bahasa Indian di California Amerika Serikat, dengan mendalam, whorf mengajukan satu hipotesis yang lazim disebut hipotesis Whorf (atau juga hipotesis Sapir-Whorf) mengenai relatifitas bahasa. Menurut hipotesis itu, bahasa-bahasa yang berbeda’’membedah’’ alam ini dengan cara yang berbeda, sehingga terciptalah satu relatifitas sistem-sistem konsep yang tergantung pada bahasa-bahasa yang beragam itu.
Berdasarkan hipotesis Sapir-Whorf itu dapatlah dikatakan bahwa hidup dan pandangan hidup bangsa-bangsa di Asia Tenggara( Indonesia, Malaysia, Filipina, dan lain-lain) adalah sama karena bahasa-bahasa mereka mempunyai struktur yang sama. Sedangkan hidup dan pandangan hidup bangsa-bangsa lain seperti Cina, Jepang, Amerika, Eropa , Afrika, dan lain-lain adalah berlainan karena struktur bahasa mereka berlainan. Untuk memperjelas hal ini Whorf membandingkan kebudayaan Hopi di organisasi berdasarkan peristiwa-peristiwa(event) , sedangkan kebudayaan eropa diorganisasi berdasarkan ruang(space) dan waktu(time).

2.4.3 Teori Jean Piaget
Jean Piaget
Jean Piaget lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan"[1]. Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.
Piaget dilahirkan di Neuchâtel di wilayah Swiss yang berahasa Perancis. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad Pertengahan di Universitas Neuchâtel. Piaget adalah seorang anak yang terlalu cepat menjadi matang, yang mengembangkan minatnya dalam biologi dan dunia pengetahuan alam, khususnya tentang moluska (kerang-kerangan), dan bahkan menerbitkan sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Malah, kariernya yang panjang dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia 11 tahun, dengan diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung gereja albino. Sepanjang kariernya, Piaget menulis lebih dari 60 buah buku dan ratusan artikel.
Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah dari Universitas Neuchâtel, dan juga belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama masa ini, ia menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya pada saat itu, tetapi yang belakangan ditolaknya karena dianggapnya sebagai karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi yang berkembang pada saat itu, juga dapat dicatat mulai muncul pada periode ini.
Belakangan ia pindah dari Swiss ke Grange-aux-Belles, Perancis, dan di sana ia mengajar di sekolah untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred Binet, pengembang tes intelegensia Binet. Ketika ia menolong menandai beberapa contoh dari tes-tes intelegensia inilah Piaget memperhatikan bahwa anak-anak kecil terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada jawaban-jawaban yang keliru itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak yang kecil itu terus-menerus membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak dilakukan oleh anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan Piaget mengajukan teori bahwa pemikiran atau proses kognitif anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya berbeda dengan orang-orang dewasa. (Belakangan, ia mengajukan teori global tentang tahap-tahap perkembangan yang menyatakan bahwa setiap orang memperlihatkan pola-pola kognisi umum yang khas dalam setiap tahap perkembangannya.) Pada 1921, Piaget kembali ke Swiss sebagai direktur Institut Rousseau di Jenewa.
Pada 1923, ia menikah dengan Valentine Châtenay, salah seorang mahasiswinya. Pasangan ini memperoleh tiga orang anak, yang dipelajari oleh Piaget sejak masa bayinya. Pada 1929, Jean Piaget menerima jabatan sebagai Direktur Biro Pendidikan Internasional, yan tetap dipegangnya hingga 1968. Setiap tahun, ia menyusun "Pidato Direktur"nya untuk Dewan BPI itu dan untuk Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum, dan di dalamnya ia secara eksplisit mengungkapkan keyakinan pendidikannya.
Berbeda dengan pendapat Sapir dan Whorf, Piaget, sarjana perancis ini berpendapat justru pikiranlah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak aka nada. Pikiranlah yang menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa: bukan sebaliknya.

Piaget yang mengembangkan teori pertumbuhan kognisi (Piaget, 1962) menyatakan jika seseorang anak-anak dapat menggolongkan sekumpulan benda-benda tersebut dengan menggunakan kata-kata yang serupa dengan benda-benda tersebut, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.
Mengenai hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan intelek (pikiran) Piaget mengemukakan dua hal penting berikut:.
 1) Sumber kegiatan intelek tidak terdapat dalam bahasa, tetapi dalam periode sensomotorik, yakni satu sistem skema, dikembangkan secara penuh, dan membuat lebih dahulu gambaran-gambaran dari aspek-aspek struktur golongan-golongan dan hubungan-hubungan benda-benda(sebelum mendahului gambaran-gambaran lain) dan bentuk-bentuk dasar penyimpanan dan opersai pemakaian kembali.
2) Pembentukan pikiran yang tepat dikemukakan dan berbentuk terjadi pada waktu yang bersamaan dengan pemerolehan bahasa. Keduanya miliki suatu proses yang lebih umum, yaitu konstitusi fungsi lambing pada umumnya. Fungsi lambing ini mempunyai beberapa aspek. Awal terjadi fungsi lambing ini ditandai oleh bermacam-macam perilaku yang terjadi serentak dalam perkembangannya. Ucapan-ucapan bahasa pertama yang keluar sangat erat hubungannya dan terjadi serentak dengan permainan lambing, peniruan,dan bayangan-bayangan mental. Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi dan perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan-kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa. Yang perlu di ingat adalah bahwa dalam jangka waktu sensormotor ini kekelan benda merupakan pemerolehan umum.

2.4.4 Teori L.S. Vygotsky
L.S Vygotsky
Vygotsky ( 5 November 1896 – 11 Juni, 1934) adalah seorang psikolog asal Rusia yang dikenal atas kontribusinya dalam teori perkembangan anak. Salah satu hasil kerjanya yang dikenal di bidang psikologi anak adalah merumuskan konsep "zone of proximal development". Konsep ini menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang anak ada sebuah area di mana anak tersebut harus diberikan bantuan eksternal untuk dapat belajar hal yang baru sedangkan ada area lain di mana anak tersebut dapat belajar mandiri tanpa dibantu.
Vygotsky, sarjana bangsa Rusia, berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis perkembangan ini saling bertemu, maka terjadilah secara serentak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran dan bahasa pada tahap permulaan berkembang secara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikian berkembang tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu pada tahap berikutnya, keduanya bertemu dan bekerja sama, serta saling mempengaruhi. Begitulah anak-anak berpikir dengan menggunakan bahasa dan berbahasa dengan menggunakan pikiran. Menurut Vygotsky dalam mengkaji gerak pikiran ini kita harus mengkaji dua bagian ucapan dalam yang mempunyai arti yang merupakan aspek semantic ucapan, dan ucapan luar yang merupakan aspek fonetik atau aspek bunyi-ucapan. Penyatuan dua bagian atau aspek ini sangat rumit dan kompleks. Pikiran dan kata, menurut Vygotsky (1962:116) tidak dipotong dari satu pola. Struktur ucapan tidak hanya mencerminkan, tetapi juga mengubahnya setelah pikiran berubah menjadi ucapan.
2.4.5 Teori Noam Chomsky
Noam Chomsky
Avram Noam Chomsky (lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928; umur 88 tahun) adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif.
Kepakarannya di bidang linguistik ini mengantarkannya merambah ke studi politik. Chomsky telah menulis lebih dari 30 buku politik, dengan beragam tema. Dan sejak 1965 hingga kini, dia menjelma menjadi salah satu tokoh intelektual yang paling kritis terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Buku-buku bertema politiknya kerap dianggap terlalu radikal untuk diresensi atau ditampilkan media AS.
Selama lima dasawarsa ini, Chomsky telah menjalin kontrak secara langsung dengan lebih dari 60 penerbit di seluruh dunia dan sudah menulis lebih dari 30 buku bertema politik. Dan baris-baris kalimat dalam tulisannya muncul di lebih dari 100 buku, mulai dari karya ilmiah tentang linguistik, politik, hingga kumpulan kuliah, wawancara dan esai.
Mengenai hubungan bahasa dan pikiran Noam Chomsky mengajukan kembali teori klasik yang disebut Hipotesis nurani (Chomsky, 1957, 1965, 1968). Sebenarnya teori ini tidak secara langsung membicarakan hubungan bahasa dengan pemikiran, tetapi kita dapat menarik kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri menegaskan bahwa pengkajian bahasa membukakan perspektif yang baik dalam pengkajian proses mental (pemikiran) manusia. Hipotesis nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam adalah nurani. Artinya, rumus-rumus itu di bawa sejak lahir. Pada waktu seorang anak-anak mulai mempelajari bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan konsep dengan struktur bahasa-dalam yang bersifat unifersal. Sebelum ini ada pandanagan dari Von Humboldt yang tampak tidak konsisten. Pada satu pihak Von Humboldt menyatakan keragaman bahasa-bahasa di dunia ini mencerminkan adanya keragaman pandangan hidup (weltanschauung); tetapi dipihak lain beliau berpendapat bahwa yang mendasari tiap-tiap bahasa manusia adalah satu system- universal yang menggambarkan keunikan intelek manusia. Karena itu, Von Humboldt juga sependapat dengan pandangan rasionalis yang mengatakan bahwa bahasa tidaklah dipelajari oleh anak-anak dan tidak pula di ajakan oleh ibu-ibu, melainkan tumbuh sendiri dari dalam diri anak-anak itu dengan cara yang telah ditentukan lebih dahulu (oleh alam) apabila keadaan-keadaan lingkungan yang sesuai terdapat. Pandangan Von Humboldt yang tidak konsisten itu dapat diperjelas oleh teori Chomsky. Menurut Chomsky yang sejalan dengan pandangan rasionalis, bahasa-bahasa yang ada di dunia adalah sama( karena didasari oleh satu system yang universal) hanyalah pada tingkat dalamnya saja yang di sebut struktur-dalam(deep structure), pada tingkat luar atau struktur luar (surface structure)bahasa-bahasa itu berbeda-beda. Hipotesis nurani berpendapat bahwa struktur-struktur dalam bahasa adalah sama. Struktur dalam setiap bahasa bersifat otonom; dank arena itu, tidak ada hubungannya dengan system kognisi (pemikiran) pada umumnya termasuk kecerdasan.

2.4.6 Teori Eric Lenneberg
Eric Lenneberg
Eric Heinz Lenneberg (19 September 1921 - 31 Mei 1975) adalah seorang ahli bahasa dan ahli saraf yang memelopori ide-ide tentang akuisisi bahasa dan psikologi kognitif, terutama dalam hal konsep pembawaan sejak lahir. Ia lahir di Düsseldorf, Jerman. Secara etnis Yahudi, ia meninggalkan Nazi Jerman karena meningkatnya penganiayaan Nazi. Dia awalnya melarikan diri ke Brasil dengan keluarganya dan kemudian ke Amerika Serikat di mana dia kuliah di University of Chicago dan Harvard University. Seorang profesor psikologi dan neurobiologi, ia mengajar di Harvard Medical School, University of Michigan di Ann Arbor dan Cornell University dan Sekolah Kedokteran.
Lenneberg 1964 kertas "Kapasitas Bahasa Akuisisi," awalnya diterbitkan pada tahun 1960, menetapkan argumen sebagainya mani tentang kapasitas biologis manusia-spesifik untuk bahasa, yang kemudian dikembangkan dalam penelitian dan diskusi dengan George A. Miller, Noam Chomsky, dan orang lain di Harvard dan MIT, dan dipopulerkan oleh Steven Pinker dalam bukunya, The Bahasa Instinct. Dia menyajikan empat argumen untuk pembawaan sejak lahir biologis kapasitas psikologis, sejajar dengan argumen dalam biologi untuk pembawaan sejak lahir dari ciri-ciri fisik:

Penampilan universal suatu sifat pada satu waktu di seluruh spesies. "Spesies khas" sifat-sifat. Penampilan universal di waktu untuk grup. Bukan hanya sebuah artefak sejarah budaya. Sekali lagi, "spesies khas" fitur diagnostik. Tidak ada pembelajaran dari sifat tersebut adalah mungkin. pengembangan individu dari suatu sifat kaku mengikuti jadwal yang diberikan terlepas dari pengalaman tertentu organisme.

Dalam publikasi Yayasan Biologi tentang Bahasa ia maju hipotesis periode kritis bagi perkembangan bahasa; topik yang masih kontroversial dan subyek perdebatan. Pendekatan biologis Lenneberg untuk bahasa itu terkait dengan perkembangan seperti teori motor persepsi ujaran yang dikembangkan oleh Alvin Liberman dan rekan-rekannya di Haskins Laboratories dan juga disediakan anteseden historis untuk masalah sekarang muncul dalam filsafat diwujudkan dan diwujudkan kognisi.

Lenneberg reargued luas terhadap implikasi psikologis karya Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf, khususnya dalam hal gagasan bahwa pengaruh bahasa berpikir. Argumen Lenneberg terhadap gagasan ini adalah bahwa 'peristiwa linguistik dan non-linguistik harus terpisah diamati dan dijelaskan sebelum mereka dapat dikorelasikan.
 
Berkenaan dengan masalah hubungan bahasa dan berfikir, Eric mengajukan teori mengajukan teori yang disebut Teori Kemampuan Bahasa Khusus (Lenneberg, 1964). Menurut Lenneberg banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia menerima warisan biologi asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang khusus untuk manusia, dan yang tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran. Bukti bahwa manusia telah dipersiapkan secara biologis untuk berbahasa menurut Leeneberg adalah sebagai berikut.
1) Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fonologi manusia, seperti bagian-bagian, otak tertentu yang mendasari bahasa.
2) Jadwal perkembangan bahasa yang sama berlaku bagi semua anak-anak normal. Semua anak-anak bias dikatakan mengikuti strategi dan waktu pemerolehan bahasa yang sama, yaitu lebih dulu menguasai prinsip-prinsip pembagian dan pola persepsi. 3) Perkembangan bahasa tidak dapat dihambat meskipun poda anak-anak yang mempunyai cacat tertentu seperti buta, tuli, atau memiliki orang tua pekak sejak lahir. Namun, bahasa anak-anak ini tetap berkembang dengan hanya sedikit kelambatan.
4) Bahasa tidak dapat diajarkan pada makhluk lain. Hingga saat ini belum pernah ada makhluk lain yang mampu menguasai bahasa, sekalipun telah di ajar dengan cara-cara yang luar biasa.
5) Setiap bahasa, tanpa kecuali, didasarkan pada prinsip-prinsip semantic, sintaksis, dan fonologi yang universal. Jadi, terdapat semacam pencabangan dalam teori Leenneberg ini. Dia seolah-olah bermaksud membedakan perkembangan bahasa dari segi ontogenetis (pemerolehan bahasa oleh individu) dan dari segi filogenetis (kelahiran bahasa suatu masyarakat). Dalam hal ini pemerolehan bahasa secara ontogenetis tidak ada hubungannya dengan kognisi; sedangkan secara filogenetis kelahiran bahasa suatu masyarakat sebagiannya ditentukan oleh kemampuan bahasa nurani, dan sebagian lagi oleh kemampuan kognitif nurani, bukan bahasa yang lebih luas.
Lenneberg dalam Teori Kemampuan Bahasa Khusus telah menyimpulkan banyak bukti yang menyatakan bahwa upaya manusia untuk berbahasa didasari oleh biologi yang khusus untuk manusia dan bersumber pada genetik tersendiri secara asal. Namun, dalam bukunya yang ditulis kemudian (1967), beliau mulai cenderung beranggapan bahwa bahasa dihasilkan oleh upaya kognitif, bukan linguistik yang lebih luas, sehingga menyerupai pandangan Piaget.


2.4.7 Teori Bruner

Jerome Seymour Bruner
Jerome Seymour Bruner (1 Oktober 1915 - 5 Juni 2016) adalah seorang psikolog Amerika yang membuat kontribusi signifikan untuk psikologi kognitif manusia dan teori belajar kognitif dalam psikologi pendidikan. Bruner adalah seorang peneliti senior di New York University School of Law. Dia menerima B.A. sebuah pada tahun 1937 dari Duke University dan gelar Ph.D. dari Universitas Harvard pada tahun 1941.Sebuah Tinjauan survei Psikologi Umum, diterbitkan pada tahun 2002, peringkat Bruner sebagai 28 psikolog yang paling dikutip dari abad ke-20.
 
Berkenaan dengan masalah hubungan bahasa dan pemikiran, Bruner memperkenalkan teori yang disebutnya Teori Instrumentalisme. Menurut teori ini bahasa adalah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikir itu. Dengan kata lain, bahasa dapat membantu pemikiran manusia supaya dapat berpikir lebih sistematis. Dalam bidang pendidikan, implikasi teori Bruner ini sangat besar. Memang dalam hubungan inilah beliau ingin mengembangkan teori ini. Di samping adanya dua kecakapan yang melibatkan bahasa, yaitu kecakapan linguistik dan kecakapan komunikasi, teori Bruner ini juga memperkenalkan adanya kecakapan analisis yang dimiliki oleh setiap manusia yang berbahasa.
Kecakapan analisis ini akan dapat berkembang menjadi lebih baik dengan pendidikan melalui bahasa yang formal karena kemampuan analisis ini hanya mungkin dikembangkan setelah seseorang mempunyai kecakapan komunikasi yang baik.

2.4.8 Kekontroversian Hipotesis Sapir-Whorf
Teori-teori atau hipotesis-hipotesis yang dibicarakan di atas tampak cenderung saling bertentangan. Teori pertama dari Von Humboldt mengatakan bahwa adanya pandangan hidup yang bermacam-macam adalah karena adanya keragaman sistem bahasa dan adanya sistem bahasa dan adanya sistem unifersal yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang ada di dunia ini. Teori kedua dari Sapir-Whorf menyatakan bahwa struktur bahasa menentukan struktur pikiran. Teori ketiga dari Piaget Menyatakan bahwa struktur pikiran di bentuk oleh perilaku, dan bukan oleh struktur bahasa. Struktur pikiran mendahului kemampuan-kemampuan yang dipakai kemudian untuk berbahasa. Teori keempat dari Vygotsky menyatakan bahwa pada mulanya bahasa dan pikiran berkembang sendiri-sendiri dan tidak saling mempengaruhi; tetapi pada pertumbuhan selanjutnya keduanya saling mempengaruhi; bahasa mempengaruhi pikiran dan pikiran mempengaruhi bahasa. Teori kelima dari Chomsky menyatakan bahwa bahasa dan pemikiran adalah dua buah system yang bersaingan yang memiliki keotonomiannya masing-masing. Pada tingkat struktur-dalam bahasa-bahasa di dunia ini sama karena di dasari oleh system unifersal; tetpi pada tingkat struktur-luar bahasa-bahasa itu berbeda-beda. Teori ke enam dari Lennerberg mengatakan bahwa manusia telah menerima warisan biologi ketika dilahirkan, berupa kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang khusus untuk manusia; dan tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau pemikiran. Kemampuan berbahasa ini mempunyai korelasi yang rendah dengan IQ manusia. Teori ketujuh dari Bruner menyatakan bahwa bahasa adalah alat bagi manusia untuk berpikir, untuk menyempurnakan dan mengembangkan pemikirannya itu. Diantara teori atau hipotesis di atas barangkali hipotesis Sapir-Whorf-lah yang paling controversial. Hipotesis ini yang menyatakan bahwa jalan pikiran dan kebudayaan suatu masyarakat ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur bahasanya, banyak menimbulkan kritik dan reksi hebat dari para ahli filsafat, linguistik, psikologi, psikolinguistik, sosiologi, antropologi dan lain-lain. Untuk menguji hipotesis Sapir-Whorf itu, Farb (1947) mengadakan penelitian terhadap sejumlah wanita jepang yang menikah dengan orang Amerika yang tinggal di San Fransisko, Amerika. Dari penelitian itu Farb menarik kesimpulan bahwa bahasa bukan menyebabkan perbedaan-perbedaan kebudayaan, tetapi hanya mencerminkan kebudayaan tersebut. Bahasa Jepang mencerminkan kebudayaan jepang, dan bahasa Inggris mencerminkan kebudayaan Inggris.
Satu masalah lagi dari persoalan hubungan bahasa, pemikiran, dan kebudayaan ini adalah apa bedanya kebudayaan dengan pemikiran atau pandangan hidup (weltanschauung). Bukankah kebudayaan itu sama dengan pandangan hidup? Masalah ini sukar di jawab; para sarjana pun berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun, satu hal yang tidak dapat disanggah oleh sipapun, bahwa kebudayaan adalah milik suatu masyarakat, sedangkan pemikiran adalah milik perseorangan. Anggota-anggota masyarakat yang memiliki pemikiran atau pandangan hidup yang berbeda. Beberapa uraian para ahli mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran antara lain.
1.      Bahasa mempengaruhi pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran dapat manusia terkondisikan oleh kata yang manusia digunakan. Tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Saphir. Whorf mengambil contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam mejelaskan sebuah realitas. Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.

2.      Pikiran mempengaruhi bahas
 Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya.


3.      Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi.
Budaya
Pikiran
Bahasa
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.











Gambar 1.1 Hubungan bahasa, pikiran, dan budaya

Komentar

Postingan Populer