pengaruh berbahasa,berpikir, dan berbudaya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Berbahasa
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk
berkomunikasi. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang
dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki
bersama (Dardjowidjojo,2008:16). F.B Condillac seorang filusuf bangsa perancis
berpendapat bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik
badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang
kuat. Kemudian teriakan-teriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna
dan yang lama-kelamaan semakin panjang dan rumit. Menurut Brooks bahasa
itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia.
Berbahasa adalah
proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi. Dalam linguistik bahasa
sebagai objek kajiannya, sedangkan berbahasa adalah objek kajian ilmu
psikologi. Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia, sama
dengan kemampuan perilaku untuk berfikir, bercakap-cakap, bersuara ataupun
bersiul. Bebahasa merupakan kegiatan dan proses memahami dan menggunakan
isyarat komunikasi yang disebut bahasa. Berbahasa merupakan gabungan dari dua
proses yaitu proses produktif dan proses reseptif. Proses produktif berlangsung
pada diri sang pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan
berguna. Sedangkan proses reseptif bergantung pada diri pendengar yang menerima kode-kode
bahasa yang bermakna.
2.1.1 Fungsi Bahasa
Beberapa fungsi
bahasa yang disebutkan oleh Chaer sebagai berikut.
- Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
- Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara dan keadaan.
- Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik.
- Fungsi entertaimen adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan perasaan batin seseorang.
2.1.2 Struktur bahasa.
Menurut linguistik
generative transformasi setiap kalimat yang kita ucapkan mempunyai struktur
bahasa ada dua macam yaitu struktur dalam dan struktur luar.
- Struktur dalam adalah struktur kalimat itu secara abstrak yang berada didalam otak penutur sebelum kalimat diucapkan.
- Struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan yang dapat kita dengar dan bersifat konkret.
Setiap bahasa menurut
linguistik generative transformasi, dibangun oleh tiga komponen yaitu komponen
sintaks, komponen semantik, dan komponen fonologi.
- Komponen sintaksis adalah urutan dan organisasi kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa menurut aturan atau rumus dalam bahasa itu.
- Komponen semantik adalah pemahaman akan kata-kata yang di ucapkan.
- Komponen fonologi adalah system bunyi suatu bahasa.
2.1.3 Proses Bahasa
Proses
rancangan bahasa produktif dimulai dengan enkode semantik yakni proses
penyusunan konsep, ide, atau pengertian. Kemudian dilanjutkan dengan proses
decode dramatikal yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal.
Selanjutnya diteruskan enkode fonologi yakni penyusunan unsur bunyi dari kode
itu.
Proses
enkode ini terjadi pada otak pembicara. Proses decode dimulai dengan decode fonologi
yakni penerimaan unsur-unsur bunyi melalui telinga pendengar. Kemudian
dilanjutkan dengan proses decode gramatikal yakni pemahaman bunyi itu sebagai
satuan gramatikal. Lalu diakhiri dengan decode semantik yakni pemahaman akan
konsep-konsep atau ide-ide yang dibawa oleh kode-kode tersebut. Proses decode
ini terjadi pada otak pendengar.
Dari proses enkode
dan decode ini terjadilah proses transmisi, proses transmisi adalah proses
pemindahan atau pengiriman kode-kode yang terdiri atas ujaran manusia yang
disebut bahasa. Proses ini terjadi antara mulut pembicara sampai ke telinga
pendengar. Proses enkode dan decode ini terangkum dalam proses komunikasi.
2.1.4 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa
adalah proses yang berlangsung dalam otak anak-anak etika dia memperoleh bahasa
pertamanya atau bahasa ibunya. Ada dua proses ketika seorang anak-anak sedang
memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.
Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses
penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Yang kedua
adalah proses performansi, yaitu pelaksanaan tatabahasa, dan kemampuan
menerbitkan kalimat-kalimat baru.
Beberapa hipotesis linguis yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa
a. Hipotesis Nurani
Hipotesis nurani
adalah sebuah hipotesis yang membuktikan bahwa manusia lahir dilengkapi oleh suatu
alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Setiap bahasawan
tentu mampu memahami dan membuat kalimat-kalimat dalam bahasanya karena dia
telah “menuranikan” atau “menyimpan dalam nuraninya” akan tata bahasanya itu
menjadi kompetensi (kecakapan) bahasanya, mereka juga menguasai kemampuan
perormansi (pelaksanaan) bahasa itu.
Hipotesis nurani
lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap pemerolehan
bahasa kanak-kanak, diantara hasil pengamatan adalah sebagai berikut.
- Semua kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya asal saja “diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya kana-kanak tidak diasingkan dari kehidupan ibunya (keluarganya).
- Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak.
- Kalimat yang didengar kanak-kanak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap, dan jumlahnya sedikit.
- Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain selain manusia, hanya manusia yang dapat berbahasa.
- Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak di mana pun sesuai dengan jadwal yang erat kaitannya dengan prose pematangan jiwa kanak-kanak.
- Struktur bahasa sangat rumit, kompleks dan bersifat universal. Namun dapat dikuasai kanak-kanak dalam waktu yang relative singkat, yaitu dalam waktu antara tiga tahun dan empat tahun saja.
b. Hipotesis
Tabularasa
Tabularasa secara
harfiah artinya adalah kertas kosong. Dalam artian belum diisi apa-apa.
Hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi waktu dilahirkan sama
seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis dan diisi dengan
pengalaman-pengalaman. Menurut hipotesis ini, semua pengetahuan dalam bahasa
manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari
integrasi peristriwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia
itu.
c. Hipotesis
Kesemestaan Kognitif
Menurut teori yang
didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur
kognitif. Struktu-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan
benda-benda atau orang-orang disekitarnya. Urutan pemerolehan ini secara garis
besar adalah sebagai berikut.
- Pada usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-kanak mengembangkan pola-pola aksinya dengan cara beraksi terhadap alam sekitarnya.
- Setelah struktur aksi dinuranikan, maka anak-anak memasuki tahap representasi kecerdasan, yang terjadi diantara usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini kanak-kanak mampu membentuk representasi simbolik benda-benda. Seperti permainan simbolik, peniruan, bayangan mental, gambar-gambar, dll.
- Setelah tahap representasi kecerdasan, dengan representasi simboliknya. Berakhir, maka bahasa kanak-kanak semakin berkembang, dan dengan mendapat nilai-nilai sosialnya. Struktur linguistik mulai dibentuk berdasarkan bentuk-bentuk kognitif umum yang telah dibentuk ketika berusia kurang lebih dua tahun.
2.2 Berpikir
Definisi yang paling umum dari
berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep Bochenski dalam Suriasumantri,
(1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir”
mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang
akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah
pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang
diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah,
menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau
mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan
kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran
manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan
berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan
dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek
tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai
wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk
memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang
sedang dihadapi. Berikut adalah macam-macam cara berpikir.
1.
Memahami Gaya Pemikiran yang Berbeda
Tidak ada satu cara yang tepat untuk memikirkan banyak
hal. Sebaliknya, terdapat banyak cara untuk berpikir, beberapa di antaranya
lebih efektif daripada yang lain. Anda perlu mempelajari berbagai jenis
pemikiran untuk dapat lebih memahami proses berpikir Anda sendiri, serta proses
berpikir orang lain.
-Pelajari pemikiran
konseptual. Ini pada dasarnya adalah belajar untuk menemukan pola dan hubungan
di antara ide-ide abstrak, sehingga Anda dapat membentuk sebuah gambaran secara
keseluruhan. Sebagai contoh, Anda mungkin menggunakan pemikiran konseptual di
dalam sebuah permainan catur. Anda mungkin melihat papan dan berpikir
"konfigurasi dari buah-buah catur ini tampaknya tidak asing" dan
menggunakannya untuk memindahkan buah-buah catur Anda, didasarkan pada
bagaimana Anda melihat pola permainannya.
-Belajarlah untuk
berpikir secara intuitif. Ini pada dasarnya adalah apa yang dimaksudkan dengan
bertindak berdasarkan insting (Anda sebaiknya hanya bertindak berdasarkan insting).
Seringkali otak Anda memproses lebih banyak hal daripada yang Anda sadari dan
itu adalah yang dinamakan insting. Sebagai contoh, memutuskan bahwa Anda tidak
ingin berkencan dengan seorang pria yang tampaknya baik karena insting Anda
memperingatkan Anda dan mengetahui kemudian bahwa dia adalah pelaku kejahatan
seks yang telah dinyatakan bersalah. Otak Anda telah memperoleh sinyal-sinyal
tertentu yang kemungkinan tidak Anda sadari.
2. Pelajari 5 Macam
Gaya Berpikir
Harrison dan Bramson
di dalam The Art of Thinking mendalilkan 5 gaya berpikir sintesis, idealis,
pragmatis, analis, dan realis. Mengetahui yang mana gaya anda dan gaya apa yang
cenderung anda gunakan dapat membantu anda untuk lebih memanfaatkan pola pikir anda
sendiri. Anda bias saja memiliki satu gaya atau lebih tetapi menggunakan
berbagai gaya ini dapat membantu anda lebih efektif menggunakan pemikiran anda.
-Sintesis cenderung menikmati konflik dan mereka
cenderung untuk menanyakan jenis-jenis pertanyaan “bagaimana dan jika”. Namun
demikian mereka menggunakan konflik tersebut mengisi kreativitas mereka sendiri
dan seringkali dapat melihat gambaran secara keseluruhan dengan lebih baik.
-Idealis lebih sering melihat gambaran secara
keseluruhan bukan hanya satu komponen. Mereka cenderung lebih tertarik pada
orang dan perasaan daripada fakta dan angka. Mereka lebih memilih untuk
memikirkan dan merencanakan masa depan.
-Pragmatis adalah tipe yang lebih suka melakukan “apapun
yang bias berhasil “. Mereka berpikir
cepat dan melakukan perencanaan jangka pendek dengan baik dan biasanya kreatif
dan cukup dapat beradaptasi terhadap perubahan. Terkadang mereka tampaknya
melakukan hal-hal “secara spontan” tanpa semacam rencana apapun.
-Realis bukanlah
orang yang nonses. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan
cenderung untuk melakukan apa pun yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu
masalah. Mereka memiliki pemahaman yang baik tentang masalah dan sasaran yang bias
mereka gunakan untuk mengatasinya. Mereka juga cenderung untuk lebih menyadari
tentang keterbatasan mereka. Kebanyakan orang memiliki setidaknya kadar realis
tertentu di dalam diri mereka.
3. Gunakan Cara Berpikir Divergen daripada cara
berpikir konvergen
Berpikir konvergen adalah ketika anda, pada dasarnya
hanya melihat dua buah pilihan, misalnya antara orang itu buruk atau baik.
Berpikir divergen berarti pada dasarnya membuka pikiran anda segala arah,
misalnya menyadari bahwa orang dapat
mencakup “ baik”dan “ buruk”.
4.Bangunlah
Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah
ketika anda secara objektif menganalisis suatu situasi atau informasi dengan
mengumpulkan banyak informasi dan fakta dari sumber yang berbeda. Kemudian,
anda mengevaluasi situasi tersebut berdasarkan informasi yang anda kumpulkan. Anda harus menguji asumsi yang anda buat berdasarkan
pandangan anda terhadap dunia.
Uji asumsi diperlukan untuk seseorang pemikir yang lebih efektif, anda
perlu menguji asumsi-asumsi yang anda buat. Pemikiran anda akan langsung
dipengaruhi oleh lingkungan dan sosial anda. Anda perlu menentukan untuk diri
anda sendiri, apakah pemikiran ini berguna atau tidak.
Pertimbangkan beberapa sudut
pandang. Jika anda mendengar sesuatu, bahkan jika sesuatu tersebut bagus,
kerjarlah melalui sumber-sumber lainnya.carilah fakta yang mendukung atau
menyangkal hal tersebut dan lihatlah apa yang orang lain katakan.
6.Kembangkan Rasa Ingin Tahu
Orang-orang yang dianggap “ para pemikir besar “
adalah orang-orang yang telah melatih rasa ingin tahu mereka. Mereka bertanya
tentang dunia dan tentang diri mereka sendiri serta mencari jawabanya.
Carilah "kebenaran". Bagian yang sulit tentang
langkah ini adalah bahwa tidak akan selalu ada sebuah "kebenaran"
hakiki. Namun, dengan tetap melakukan yang terbaik yang Anda bisa untuk sampai
ke pokok permasalahan (sosial, politik, pribadi, dll.), maka hal tersebut akan
sangat membantu Anda berlatih dan memperdalam kemampuan berpikir Anda saat ini.
Lakukanlah
yang terbaik untuk memilih jalan Anda melalui ranjau darat retorik pada
masalah-masalah tertentu, untuk mencari tahu apa yang benar-benar ditunjukkan
oleh buktinya (fakta yang benar). Pastikan untuk tetap berpikiran terbuka saat
Anda melakukan hal ini, jika tidak, Anda akan mulai mengabaikan semua fakta
kecuali yang mendukung klaim yang Anda percayai atau setujui.
Sebagai
contoh, isu perubahan iklim telah menjadi sangat dipolitisasi, yang telah
membuatnya menjadi sulit bagi orang-orang untuk memilah fakta-fakta yang
sebenarnya (misalnya, perubahan iklim yang terjadi dan hal tersebut terjadi
dengan cepat, serta hal tersebut adalah karena ulah manusia[7]), karena terdapat begitu banyak
informasi yang salah dan saling tuding, sehingga fakta-fakta yang sebenarnya
cenderung diabaikan atau dikalahkan).
8.Temukan Solusi yang
Kreatif
Sebuah cara yang baik untuk
melatih kemampuan berpikir Anda adalah dengan menggunakan pemikiran kreatif
Anda, untuk membantu Anda menemukan strategi yang tidak biasa dan di luar
kebiasaan, untuk mengatasi kejadian-kejadian yang tidak biasa. Ini adalah
sebuah cara untuk berlatih menggunakan kemampuan berpikir Anda di sekolah, di
tempat kerja, bahkan di atas bus.
o
Melamun
telah terbukti menjadi alat yang sangat kuat bagi orang-orang dalam hal
berpikir, memecahkan masalah dan membuat sesuatu terwujud. Sisihkan sedikit waktu
setiap hari untuk membiarkan diri Anda sendiri untuk melamun. Cukup temukan
sebuah tempat yang tenang dan biarkan pikiran Anda berkeliaran dengan bebas
(sebelum Anda pergi tidur biasanya merupakan waktu yang baik untuk melakukan
hal ini).[9]
o
Jika
Anda mengalami kesulitan dengan suatu masalah dan mencari cara kreatif untuk
mengatasi hal tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang baik untuk ditanyakan
kepada diri Anda sendiri: tanyakan kepada diri Anda sendiri, apa yang akan Anda
lakukan jika Anda memiliki akses ke sumber daya apa pun di dunia; tanyakan
kepada diri Anda sendiri, siapa yang akan Anda mintai bantuan, jika Anda bisa
memintanya kepada siapa pun; tanyakan kepada diri Anda sendiri, apa yang
mungkin Anda coba lakukan jika Anda tidak takut dengan kegagalan.
Pertanyaan-pertanyaan ini memungkinkan Anda untuk membuka pikiran Anda untuk
kemungkinan-kemungkinan, bukan hanya melihat batasan-batasan.
9.Dapatkan Informasi
Anda ingin memastikan bahwa
Anda tahu cara untuk memperoleh informasi dan informasi yang baik. Terdapat
banyak omong kosong di luar sana, beberapa di antaranya bisa tampak sangat
nyata. Anda harus belajar untuk mengetahui perbedaan antara sumber informasi
yang baik dan sumber yang buruk.
o
Perpustakaan
adalah sumber daya yang luar biasa untuk menemukan informasi! Mereka tidak
hanya memiliki buku-buku dan film, serta dokumenter yang dapat Anda pinjam,
mereka juga sering menawarkan kelas dan lokakarya gratis, atau informasi
tentang kelas dan lokakarya gratis. Mereka memiliki pustakawan yang bisa
menjawab pertanyaan Anda atau mengarahkan Anda ke informasi yang tepat.
o
Perpustakaan
juga sering memiliki arsip dengan gambar dan surat kabar dari kampung halaman
atau kota Anda, dan dapat menjadi sumber daya yang luar biasa untuk mempelajari
lebih lanjut tentang tempat di mana Anda tinggal.
o
Tempat-tempat
tertentu di internet dapat menjadi tempat yang luar biasa dalam menawarkan
informasi. Anda bisa memperoleh pengetahuan komputasi dan ilmiah yang baik dari
Wolfram|Alpha[11], Anda dapat
melihat naskah-naskah digital dari abad pertengahan hingga ke buku-buku catatan
seniman setelahnya[12], atau Anda bisa
mencoba beberapa pembelajaran gratis di situs web Open University[13]. Ingatlah bahwa Anda harus selalu
melatih tingkat skeptisisme yang sehat tentang apa pun yang Anda pelajari (baik
di internet atau di buku, atau melalui film dokumenter). Berpegang pada fakta
dan menjaga pikiran yang terbuka akan lebih membantu Anda daripada kecerdasan
alami apa pun.
10.Gunakan Bahasa
untuk Mengubah Pemikiran Anda
Para ilmuwan telah menemukan
bahasa yang benar-benar membantu mempengaruhi cara Anda berpikir. Sebagai
contoh, orang-orang yang tumbuh di dalam budaya yang menggunakan mata angin
(utara, selatan, timur, barat) dibandingkan hal-hal seperti kanan dan kiri, seperti
di dalam budaya Inggris, sebenarnya telah memperoleh kemampuan untuk menemukan
mata angin dengan bantuan sebuah kompas.
o
Belajar
setidaknya satu bahasa lain. Para ilmuwan juga menemukan bahwa dwibahasawan
(orang yang dapat berbicara dalam lebih dari satu bahasa) melihat dunia sesuai
dengan bahasa yang mereka gunakan. Mempelajari sebuah bahasa baru akan membantu
memperkenalkan Anda pada cara berpikir yang baru.
11. Belajarlah secara
Luas
Belajar tidak hanya tentang
pergi ke sekolah dan menghafal beberapa fakta. Belajar adalah sesuatu yang
membutuhkan waktu seumur hidup dan dapat mencakup berbagai hal. Bila Anda
selalu belajar, Anda akan selalu berpikir dan akan terekspos pada cara-cara
baru dalam berpikir.
o
Berhati-hatilah
tentang penggunaan dan ketertarikan Anda terhadap otoritas. Jangan mengandalkan
pendapat orang lain, bahkan jika mereka tampaknya tahu apa yang mereka bicarakan.
Periksalah fakta-faktanya, lihatlah dari sudut pandang alternatif. Jika Anda
melihat kelemahan di dalam argumen atau penalaran mereka, selidikilah. Jangan
pernah berhenti menyelidiki sesuatu hanya karena seorang tokoh otoritas
(seperti berita atau dosen Anda, atau senator Anda). Sekarang, jika berbagai
sumber independen membuat argumen atau klaim yang sama, kemungkinan besar hal
tersebut adalah benar.
o
Latihlah
skeptisisme yang sehat terhadap apa yang Anda ungkapkan. Pastikan bahwa Anda
menemukan informasi yang dikuatkan oleh lebih dari satu sumber (yang terbaik
adalah untuk mencari sumber-sumber yang independen). Selidikilah siapa yang
membuat klaim (apakah mereka disubsidi oleh perusahaan-perusahaan minyak yang
besar, apakah mereka memiliki kepentingan dalam menyebarkan informasi yang
salah, apakah mereka hanya tidak tahu apa yang mereka bicarakan?).
o
Cobalah
hal-hal baru dan keluarlah dari zona kenyamanan Anda. Semakin banyak Anda
melakukan hal ini, semakin mudah Anda dapat melihat pendapat dan ide-ide yang
tidak segera sesuai dengan pandangan Anda. Hal ini juga akan memperkenalkan
Anda kepada ide-ide yang Anda tidak akan pernah temui. Jadi, cobalah mengikuti
kelas memasak atau belajar merajut, atau menjadi tertarik terhadap astronomi
amatir.
12. Gunakan
Latihan Membangun Pikiran
Terdapat beberapa hal tertentu
yang dapat Anda lakukan, yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir
Anda. Berpikir adalah sama halnya seperti otot mana pun di dalam tubuh Anda.
Semakin banyak Anda menggunakan otak Anda, semakin kuat ia jadinya dan semakin
baik Anda akan dapat berpikir.
o
Kerjakan
latihan matematika. Mengerjakan latihan matematika secara teratur dapat menjadi
sebuah dorongan besar terhadap fasilitas mental Anda dan dapat membantu Anda
untuk menjauhi penyakit seperti Alzheimer. Kerjakan sedikit latihan matematika
setiap hari (tidak harus kalkulus, tetapi ketika Anda melakukan penjumlahan,
lakukanlah di dalam kepala Anda, bukan menggunakan kalkulator, dll.).
o
Hafalkan
sebuah puisi. Tidak hanya ini merupakan sebuah trik pesta yang besar (terutama
jika itu adalah sebuah puisi yang panjang), tetapi ia juga akan membantu
meningkatkan memori Anda, yang pada gilirannya akan membantu kemampuan berpikir
Anda. Anda juga dapat menghafal beberapa kutipan untuk digunakan di dalam
percakapan, pada saat yang tepat.
Pentingnya
kewaspadaan yang berhubungan dengan berpikir adalah bahwa selain ia dapat
membantu memperjelas pikiran kita, ia juga dapat membantu membawa kita keluar
dari pemikiran ketika dibutuhkan. Kewaspadaan dapat membantu meringankan
masalah mental dan dapat membantu dalam mengejar pengetahuan dan pemikiran.
o
Anda
bisa melatih kewaspadaan saat Anda sedang berjalan-jalan. Daripada menggodoknya
di dalam pikiran Anda, fokuslah pada lima indera Anda: perhatikan hijaunya
pepohonan, persisnya warna biru di langit, perhatikan awan yang berkejaran di
atas. Dengarkan suara langkah kaki Anda, angin di antara dedaunan, orang-orang
berbicara di sekitar Anda. Peduli terhadap bau-bauan dan apa yang Anda rasakan
(apakah itu dingin, hangat, berangin, dll.). Jangan memberikan penilaian
terhadap hal-hal ini (terlalu dingin, langit yang indah, bau yang tidak enak,
dll.), cukup memperhatikan mereka.
o
Lakukan
meditasi setidaknya 15 menit setiap hari. Hal ini akan membantu untuk
menjernihkan pikiran dan pemikiran Anda, serta akan memberikan otak Anda
istirahat, yang sangat dibutuhkan. Ketika Anda baru saja mulai, carilah tempat
yang tenang untuk duduk tanpa gangguan (dengan semakin mudahnya hal ini bisa
dilakukan, Anda bisa bermeditasi di atas bus, di meja Anda di tempat kerja, di
bandara). Tarik napas dalam-dalam ke dalam perut Anda dan ketika Anda melakukannya,
fokus pada pernapasan Anda. Bila Anda menemukan pikiran yang menyimpang
mengalir di dalam kesadaran Anda, jangan terlibat, cukup menjaga pernapasan dan
fokus pada menghirup dan menghembuskan napas Anda.
2.3 Kebudayaan
Kebudayaan selalu
dimiliki oleh setiap masyarakat, hanya saja ada suatu masyarakat yang lebih
baik perkembangan kebudayaannya dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi
segala kebutuhan masyarakatnya. Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan
oleh para ahli. Salah satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, yang merumuskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa
dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan, yang diperlukan manusia untuk menguasa alam sekitarnya, agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kepntingan masyarakat.
Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya dibagi menjadi 7 unsur, yaitu :
Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya dibagi menjadi 7 unsur, yaitu :
1. Unsur religius;
2. Sistem kemasyarakatan;
3. Sistem peralatan;
4. Sistem mata pencaharian hidup;
5. Sitem bahasa;
6. Sistem pengetahuan;
7. Kesenian.
2. Sistem kemasyarakatan;
3. Sistem peralatan;
4. Sistem mata pencaharian hidup;
5. Sitem bahasa;
6. Sistem pengetahuan;
7. Kesenian.
Berdasarkan unsur
diatas, maka kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud, antara lain:
· -Wujud
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya.
Ini merupakan wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya dalam pikiran
masyarakat dimana kebudayaan itu hidup.
· -Kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
· -
Kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.
2.4
Berbahasa, Berpikir, dan Berbudaya
Berbahasa, berpikir,dan berbudaya saling
berkaitan. Berbahasa menyampaikan pikiran pembicara mengenai kehidupan
berbudaya. Sebelum berbahasa terjadi proses berpikir itu akan digunakan untuk
berkomunikasi di masyarakat yang berbudaya.
2.4.1.
Teori Wilhelm Von Humboldt
Wilman helm Von Humboldt
Wilman helm Von Humboldt lahir Jerman, 22 Juni
1767. Beliau seorang filsuf, pejabat Negara diplomat jerman, dan pendiri
Humboldt Universitat. Beliau dikenal terutama sebagai linguis yang banyak
menyumbang kepada filsafat bahasa danteoripraktik pendidikan. Beliau juga
dikenal sebagai naturalis dan ilmuwan.
Sarjana jerman abad ke-19 ini menekankan adanya
ketergantungan pemikir manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan hidup dan
budaya masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri.
Anggota-anggota masyarakat itu tidak dapat menyimpang lagi dari garis-garis
yang telah ditentukan oleh bahasanya itu. Kalau salah seorang dari anggota
masyarakat ini ingin mengubah pandangan hidupnya, maka dia harus mempelajari
dulu satu bahasa lain. Maka dengan demikian dia akan menganut cara berpikir
(dan juga budaya) masyarakat bahasa lain.Mengetahui bahasa itu sendiri Von
Humbolt berpendapat bahwa substansi bahasa itu terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama berupa bunyi-bunyi, dan bagian lainnya berupa pikiran-pikiran yang
belum terbentuk. Bunyi-bunyi dibentuk oleh lautform, dan pikiran-pikiran
dibentuk oleh ideeform atau innereform. Jadi, bahasa menurut Von Humboldt
merupakan sintese dari bunyi(lautform) dan pikiran (ideeform).
Dari keterangan itu bisa disimpulkan bahwa bunyi bahasa merupakan bentuk-luar, sedangkan pikiran adalah bentuk-dalam. Bentuk-luar bahasa itulah yang kita dengar, sedangkan bentuk dalam-bahasa berada di dalam otak. Kedua bentuk inilah yang ’’membelenggu’’ manusia dan menentukan cara berpikirnya. Dengan kata lain, Von Humboldt berpendapat bahwa struktur suatu bahasa menyatakan kehidupan dalam (otak,pemikir) penutur bahasa itu.
Dari keterangan itu bisa disimpulkan bahwa bunyi bahasa merupakan bentuk-luar, sedangkan pikiran adalah bentuk-dalam. Bentuk-luar bahasa itulah yang kita dengar, sedangkan bentuk dalam-bahasa berada di dalam otak. Kedua bentuk inilah yang ’’membelenggu’’ manusia dan menentukan cara berpikirnya. Dengan kata lain, Von Humboldt berpendapat bahwa struktur suatu bahasa menyatakan kehidupan dalam (otak,pemikir) penutur bahasa itu.
2.4.2 Teori Sapir-Whorf
Edward Sapir
Edward Sapir (1884–1939)adalah seorang
anthropologis-linguis dari Amerika, yang dikenal secara
umum sebagai figur penting pada awal perkembangan linguistik.
Sapir lahir di Jerman Pomerania; kedua orang tuanya
beremigrasi menuju Amerika ketika ia masih kecil. Ia belajar linguistik Jerman
di Columbia, di mana ia terpengaruh oleh Franz Boas untuk bekerja di bahasa asli Amerika.
Sembari menyelesaikan studi doktornya, ia pergi ke California
untuk bekerja dengan Alfred Kroeber mendokumentasikan bahasa asli di sana. Ia
kemudian dipekerjakan oleh Survei Geologis Kanada selama lima belas tahun,
tempat ia menjadi linguis yang paling signifikan di Amerika Utara, berdampingan
dengan Leonard Bloomfield. Ia ditawarkan untuk studi profesor di Universitas
Chicago, dan tinggal
untuk beberapa tahun melanjutkan pekerjaannya menyusun prinsip linguistik. Di
akhir hidupnya ia menjadi profesor antropologi di Yale. Murid-muridnya diantaranya adalah linguis Mary
Haas dan Morris Swadesh, dan anthropologis seperti Fred Eggan Hortense
Powdermaker.
Dengan latar belakang linguistiknya, Sapir menjadi salah
satu mahasiswa Boas untuk mengembangkan paling benar-benar hubungan antara
linguistik dan antropologi. Sapir mempelajari cara di mana bahasa dan pengaruh
budaya masing-masing, dan ia tertarik pada hubungan antara perbedaan bahasa,
dan perbedaan pandangan dunia budaya. Ini bagian dari pemikirannya dikembangkan
oleh muridnya Benjamin Lee Whorf dalam prinsip
relativitas linguistik
atau hipotesis "Sapir-Whorf" . Dalam dunia antropologi Sapir dikenal
sebagai pendukung awal pentingnya pengaruh psikologi terhadap antropologi, yang
meyakini bahwa sifat hubungan antara individu yang berbeda merupakan hal yang
penting untuk cara-cara di mana budaya dan masyarakat berkembang.
Di antara kontribusi besarnyauntuk linguistik adalah
klasifikasinya bahasa Adat Amerika, yang ia uraikan selama sebagian besar
kehidupan profesionalnya. Ia memainkan peran penting dalam mengembangkan konsep
fonem modern, dan sangat memajukan
pemahaman fonologi.
Sebelum Sapir itu umumnya dianggap tidak mungkin untuk
menerapkan metode linguistik
historis untuk bahasa
pribumi karena mereka diyakini lebih primitif
daripada bahasa
Indo-Europa. Sapir
adalah yang pertama untuk membuktikan bahwa metode linguistik
komparatif sama-sama
valid bila diterapkan pada bahasa pribumi. Dalam edisi 1929 dari Encyclopedia
Britannica ia
menerbitkan apa yang kemudian klasifikasi yang paling otoritatif dari bahasa
asli Amerika, dan yang pertama berdasarkan bukti dari linguistik komparatif
modern. Ia adalah yang pertama untuk menghasilkan bukti untuk klasifikasi
Algic, Uto-Aztecan, dan bahasa Na-Dene. Ia mengusulkan beberapa keluarga bahasa yang tidak dianggap telah dibuktikan
secara memadai, tetapi yang terus menghasilkan penyelidikan seperti Kuil Hokan
dan Penutian.
Dia mengkhususkan diri dalam studi bahasa Athabascan,
bahasa Chinookan, dan bahasa Uto-Aztecan, memproduksi deskripsi tata bahasa
penting dari Takelma, Wishram, Southern Paiute. Kemudian dalam kariernya ia
juga bekerja dengan Yiddish, Ibrani, dan Cina serta bahasa Jerman, dan ia juga diinvestasikan dalam
pengembangan Auxiliary Bahasa Internasional.
Pendapat yang hampir sama dengan Von Humboldt.
Sapir mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini di bawah ’’belas kasih’’
bahasanya yang telah menjadi alat pengantar dalam kehidupannya bermasyarakat.
Menurut sapir, telah menjadi fakta bahwa kehidupan suatu masyarakat sebagian
’’didirikan’’ diatas tabiat-tabiat dan sifat-sifat bahasa itu. Karena itulah,
tidak ada dua buah bahasa yang sama sehingga dapat dianggap mewakili satu
masyarakat yang sama.
Benjamin Lee Whorf (1897-1941), murid sapir, menolak pandangan klasik mengenai hubungan bahasa dan berpikir yang mengatakan bahwa bahasa dan berpikir merupakan dua hal yang berdiri sendiri-sendiri. Sama halnya dengan Von Humboldt dan sapir, Whorf juga menyatakan bahwa bahasa menentukan pikiran seseorang sampai kadang-kadang bisa membahayakan dirinya sendiri. Sebagai contoh, whorf yang bekas anggota pemadam kebakaran menyatakan ’’kaleng kosong’’ bekas minyak bisa meledak. Kata kosong digunakan dengan pengertian tidak ada minyak di dalamnya.Setelah meneliti bahasa hopi, salah satu bahasa Indian di California Amerika Serikat, dengan mendalam, whorf mengajukan satu hipotesis yang lazim disebut hipotesis Whorf (atau juga hipotesis Sapir-Whorf) mengenai relatifitas bahasa. Menurut hipotesis itu, bahasa-bahasa yang berbeda’’membedah’’ alam ini dengan cara yang berbeda, sehingga terciptalah satu relatifitas sistem-sistem konsep yang tergantung pada bahasa-bahasa yang beragam itu.
Berdasarkan hipotesis Sapir-Whorf itu dapatlah dikatakan bahwa hidup dan pandangan hidup bangsa-bangsa di Asia Tenggara( Indonesia, Malaysia, Filipina, dan lain-lain) adalah sama karena bahasa-bahasa mereka mempunyai struktur yang sama. Sedangkan hidup dan pandangan hidup bangsa-bangsa lain seperti Cina, Jepang, Amerika, Eropa , Afrika, dan lain-lain adalah berlainan karena struktur bahasa mereka berlainan. Untuk memperjelas hal ini Whorf membandingkan kebudayaan Hopi di organisasi berdasarkan peristiwa-peristiwa(event) , sedangkan kebudayaan eropa diorganisasi berdasarkan ruang(space) dan waktu(time).
Benjamin Lee Whorf (1897-1941), murid sapir, menolak pandangan klasik mengenai hubungan bahasa dan berpikir yang mengatakan bahwa bahasa dan berpikir merupakan dua hal yang berdiri sendiri-sendiri. Sama halnya dengan Von Humboldt dan sapir, Whorf juga menyatakan bahwa bahasa menentukan pikiran seseorang sampai kadang-kadang bisa membahayakan dirinya sendiri. Sebagai contoh, whorf yang bekas anggota pemadam kebakaran menyatakan ’’kaleng kosong’’ bekas minyak bisa meledak. Kata kosong digunakan dengan pengertian tidak ada minyak di dalamnya.Setelah meneliti bahasa hopi, salah satu bahasa Indian di California Amerika Serikat, dengan mendalam, whorf mengajukan satu hipotesis yang lazim disebut hipotesis Whorf (atau juga hipotesis Sapir-Whorf) mengenai relatifitas bahasa. Menurut hipotesis itu, bahasa-bahasa yang berbeda’’membedah’’ alam ini dengan cara yang berbeda, sehingga terciptalah satu relatifitas sistem-sistem konsep yang tergantung pada bahasa-bahasa yang beragam itu.
Berdasarkan hipotesis Sapir-Whorf itu dapatlah dikatakan bahwa hidup dan pandangan hidup bangsa-bangsa di Asia Tenggara( Indonesia, Malaysia, Filipina, dan lain-lain) adalah sama karena bahasa-bahasa mereka mempunyai struktur yang sama. Sedangkan hidup dan pandangan hidup bangsa-bangsa lain seperti Cina, Jepang, Amerika, Eropa , Afrika, dan lain-lain adalah berlainan karena struktur bahasa mereka berlainan. Untuk memperjelas hal ini Whorf membandingkan kebudayaan Hopi di organisasi berdasarkan peristiwa-peristiwa(event) , sedangkan kebudayaan eropa diorganisasi berdasarkan ruang(space) dan waktu(time).
2.4.3 Teori Jean Piaget
Jean Piaget
Jean Piaget lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal
16 September 1980
pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog
perkembangan Swiss,
yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori
perkembangan kognitifnya.
Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam
teori konstruktivis tentang pengetahuan"[1]. Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan
mengenai psikologi
kognitif.
Piaget dilahirkan di Neuchâtel di wilayah Swiss yang berahasa Perancis. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor
dalam sastra Abad Pertengahan di Universitas Neuchâtel. Piaget
adalah seorang anak yang terlalu cepat menjadi matang, yang mengembangkan
minatnya dalam biologi dan dunia pengetahuan alam, khususnya
tentang moluska (kerang-kerangan), dan bahkan
menerbitkan sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Malah, kariernya yang
panjang dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia 11 tahun, dengan
diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung
gereja albino.
Sepanjang kariernya, Piaget menulis lebih dari 60 buah buku dan ratusan
artikel.
Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah dari Universitas Neuchâtel, dan juga belajar sebentar di Universitas
Zürich. Selama masa
ini, ia menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya
pada saat itu, tetapi yang belakangan ditolaknya karena dianggapnya sebagai
karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi
yang berkembang pada saat itu, juga dapat dicatat mulai muncul pada periode
ini.
Belakangan ia pindah dari Swiss ke Grange-aux-Belles, Perancis, dan di sana ia mengajar di sekolah
untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred Binet, pengembang tes intelegensia Binet. Ketika ia menolong menandai beberapa contoh dari
tes-tes intelegensia inilah Piaget memperhatikan bahwa anak-anak kecil
terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan
tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada jawaban-jawaban yang keliru
itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak yang kecil itu terus-menerus
membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak dilakukan oleh anak-anak
yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan Piaget mengajukan teori
bahwa pemikiran atau proses kognitif anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya
berbeda dengan orang-orang dewasa. (Belakangan, ia mengajukan teori global
tentang tahap-tahap perkembangan yang menyatakan bahwa setiap orang
memperlihatkan pola-pola kognisi umum yang khas dalam setiap tahap
perkembangannya.) Pada 1921, Piaget kembali ke Swiss sebagai direktur Institut Rousseau di Jenewa.
Pada 1923, ia menikah dengan Valentine
Châtenay, salah seorang mahasiswinya. Pasangan ini memperoleh tiga orang anak,
yang dipelajari oleh Piaget sejak masa bayinya. Pada 1929, Jean Piaget menerima jabatan sebagai Direktur Biro Pendidikan Internasional, yan tetap dipegangnya hingga 1968.
Setiap tahun, ia menyusun "Pidato Direktur"nya untuk Dewan BPI itu
dan untuk Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum, dan di dalamnya ia
secara eksplisit mengungkapkan keyakinan pendidikannya.
Berbeda dengan pendapat
Sapir dan Whorf, Piaget, sarjana perancis ini berpendapat justru pikiranlah
yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak aka nada. Pikiranlah yang
menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa: bukan sebaliknya.
Piaget yang mengembangkan teori pertumbuhan kognisi (Piaget, 1962) menyatakan jika seseorang anak-anak dapat menggolongkan sekumpulan benda-benda tersebut dengan menggunakan kata-kata yang serupa dengan benda-benda tersebut, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.
Mengenai hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan intelek (pikiran) Piaget mengemukakan dua hal penting berikut:.
1) Sumber kegiatan intelek tidak terdapat dalam
bahasa, tetapi dalam periode sensomotorik, yakni satu sistem skema,
dikembangkan secara penuh, dan membuat lebih dahulu gambaran-gambaran dari
aspek-aspek struktur golongan-golongan dan hubungan-hubungan
benda-benda(sebelum mendahului gambaran-gambaran lain) dan bentuk-bentuk dasar
penyimpanan dan opersai pemakaian kembali.
2) Pembentukan pikiran yang
tepat dikemukakan dan berbentuk terjadi pada waktu yang bersamaan dengan
pemerolehan bahasa. Keduanya miliki suatu proses yang lebih umum, yaitu
konstitusi fungsi lambing pada umumnya. Fungsi lambing ini mempunyai beberapa
aspek. Awal terjadi fungsi lambing ini ditandai oleh bermacam-macam perilaku
yang terjadi serentak dalam perkembangannya. Ucapan-ucapan bahasa pertama yang
keluar sangat erat hubungannya dan terjadi serentak dengan permainan lambing,
peniruan,dan bayangan-bayangan mental. Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan
intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi dan perilaku yang telah dinuranikan
dan dalam kegiatan-kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa. Yang
perlu di ingat adalah bahwa dalam jangka waktu sensormotor ini kekelan benda
merupakan pemerolehan umum.
2.4.4 Teori L.S. Vygotsky
L.S Vygotsky
Vygotsky ( 5 November 1896 – 11 Juni, 1934) adalah seorang psikolog asal Rusia yang dikenal atas kontribusinya dalam teori perkembangan anak. Salah
satu hasil kerjanya yang dikenal di bidang psikologi anak adalah merumuskan
konsep "zone of proximal development". Konsep ini menerangkan
bahwa dalam proses pembelajaran seorang anak ada sebuah area di mana anak
tersebut harus diberikan bantuan eksternal untuk dapat belajar hal yang baru
sedangkan ada area lain di mana anak tersebut dapat belajar mandiri tanpa
dibantu.
Vygotsky, sarjana bangsa
Rusia, berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya
pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa.
Kemudian, kedua garis perkembangan ini saling bertemu, maka terjadilah secara
serentak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran dan
bahasa pada tahap permulaan berkembang secara terpisah, dan tidak saling
mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikian berkembang tanpa bahasa, dan bahasa
mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu pada tahap berikutnya, keduanya
bertemu dan bekerja sama, serta saling mempengaruhi. Begitulah anak-anak
berpikir dengan menggunakan bahasa dan berbahasa dengan menggunakan pikiran. Menurut
Vygotsky dalam mengkaji gerak pikiran ini kita harus mengkaji dua bagian ucapan
dalam yang mempunyai arti yang merupakan aspek semantic ucapan, dan ucapan luar
yang merupakan aspek fonetik atau aspek bunyi-ucapan. Penyatuan dua bagian atau
aspek ini sangat rumit dan kompleks. Pikiran
dan kata, menurut Vygotsky (1962:116) tidak dipotong dari satu pola. Struktur
ucapan tidak hanya mencerminkan, tetapi juga mengubahnya setelah pikiran
berubah menjadi ucapan.
2.4.5 Teori Noam Chomsky
Noam Chomsky
Avram Noam Chomsky (lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928; umur 88 tahun) adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik
terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif.
Kepakarannya di bidang linguistik ini mengantarkannya merambah
ke studi politik. Chomsky telah menulis lebih dari 30 buku politik, dengan
beragam tema. Dan sejak 1965 hingga kini, dia menjelma menjadi salah satu tokoh
intelektual yang paling kritis terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Buku-buku bertema politiknya kerap
dianggap terlalu radikal untuk diresensi atau ditampilkan media AS.
Selama lima dasawarsa ini, Chomsky telah menjalin kontrak
secara langsung dengan lebih dari 60 penerbit di seluruh dunia dan sudah
menulis lebih dari 30 buku bertema politik. Dan baris-baris kalimat dalam
tulisannya muncul di lebih dari 100 buku, mulai dari karya ilmiah tentang
linguistik, politik, hingga kumpulan kuliah, wawancara dan esai.
Mengenai hubungan bahasa dan
pikiran Noam Chomsky mengajukan kembali teori klasik yang disebut Hipotesis
nurani (Chomsky, 1957, 1965, 1968). Sebenarnya teori ini tidak secara langsung
membicarakan hubungan bahasa dengan pemikiran, tetapi kita dapat menarik
kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri menegaskan bahwa pengkajian
bahasa membukakan perspektif yang baik dalam pengkajian proses mental
(pemikiran) manusia. Hipotesis nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam
adalah nurani. Artinya, rumus-rumus itu di bawa sejak lahir. Pada waktu seorang
anak-anak mulai mempelajari bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan
satu peralatan konsep dengan struktur bahasa-dalam yang bersifat unifersal. Sebelum ini
ada pandanagan dari Von Humboldt yang tampak tidak konsisten. Pada satu pihak
Von Humboldt menyatakan keragaman bahasa-bahasa di dunia ini mencerminkan
adanya keragaman pandangan hidup (weltanschauung); tetapi dipihak lain beliau
berpendapat bahwa yang mendasari tiap-tiap bahasa manusia adalah satu system-
universal yang menggambarkan keunikan intelek manusia. Karena itu, Von Humboldt
juga sependapat dengan pandangan rasionalis yang mengatakan bahwa bahasa
tidaklah dipelajari oleh anak-anak dan tidak pula di ajakan oleh ibu-ibu,
melainkan tumbuh sendiri dari dalam diri anak-anak itu dengan cara yang telah
ditentukan lebih dahulu (oleh alam) apabila keadaan-keadaan lingkungan yang
sesuai terdapat. Pandangan Von Humboldt
yang tidak konsisten itu dapat diperjelas oleh teori Chomsky. Menurut Chomsky
yang sejalan dengan pandangan rasionalis, bahasa-bahasa yang ada di dunia
adalah sama( karena didasari oleh satu system yang universal) hanyalah pada
tingkat dalamnya saja yang di sebut struktur-dalam(deep structure), pada
tingkat luar atau struktur luar (surface structure)bahasa-bahasa itu
berbeda-beda. Hipotesis nurani
berpendapat bahwa struktur-struktur dalam bahasa adalah sama. Struktur dalam
setiap bahasa bersifat otonom; dank arena itu, tidak ada hubungannya dengan
system kognisi (pemikiran) pada umumnya termasuk kecerdasan.
2.4.6 Teori Eric Lenneberg
Eric Lenneberg
Eric Heinz Lenneberg (19 September 1921 - 31 Mei 1975) adalah seorang ahli
bahasa dan ahli saraf yang memelopori ide-ide tentang akuisisi bahasa dan
psikologi kognitif, terutama dalam hal konsep pembawaan sejak lahir. Ia lahir
di Düsseldorf, Jerman. Secara etnis Yahudi, ia meninggalkan Nazi Jerman karena
meningkatnya penganiayaan Nazi. Dia awalnya melarikan diri ke Brasil dengan
keluarganya dan kemudian ke Amerika Serikat di mana dia kuliah di University of
Chicago dan Harvard University. Seorang profesor psikologi dan neurobiologi, ia
mengajar di Harvard Medical School, University of Michigan di Ann Arbor dan
Cornell University dan Sekolah Kedokteran.
Lenneberg 1964 kertas "Kapasitas Bahasa
Akuisisi," awalnya diterbitkan pada tahun 1960, menetapkan argumen
sebagainya mani tentang kapasitas biologis manusia-spesifik untuk bahasa, yang
kemudian dikembangkan dalam penelitian dan diskusi dengan George A. Miller,
Noam Chomsky, dan orang lain di Harvard dan MIT, dan dipopulerkan oleh Steven
Pinker dalam bukunya, The Bahasa Instinct. Dia menyajikan empat argumen untuk
pembawaan sejak lahir biologis kapasitas psikologis, sejajar dengan argumen
dalam biologi untuk pembawaan sejak lahir dari ciri-ciri fisik:
Penampilan universal suatu sifat pada satu waktu di
seluruh spesies. "Spesies khas" sifat-sifat. Penampilan
universal di waktu untuk grup. Bukan hanya sebuah artefak sejarah budaya.
Sekali lagi, "spesies khas" fitur diagnostik. Tidak ada
pembelajaran dari sifat tersebut adalah mungkin. pengembangan individu
dari suatu sifat kaku mengikuti jadwal yang diberikan terlepas dari pengalaman
tertentu organisme.
Dalam publikasi Yayasan Biologi tentang Bahasa ia maju
hipotesis periode kritis bagi perkembangan bahasa; topik yang masih
kontroversial dan subyek perdebatan. Pendekatan biologis Lenneberg untuk bahasa
itu terkait dengan perkembangan seperti teori motor persepsi ujaran yang
dikembangkan oleh Alvin Liberman dan rekan-rekannya di Haskins Laboratories dan
juga disediakan anteseden historis untuk masalah sekarang muncul dalam filsafat
diwujudkan dan diwujudkan kognisi.
Lenneberg reargued luas terhadap implikasi psikologis
karya Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf, khususnya dalam hal gagasan bahwa
pengaruh bahasa berpikir. Argumen Lenneberg terhadap gagasan ini adalah bahwa
'peristiwa linguistik dan non-linguistik harus terpisah diamati dan dijelaskan
sebelum mereka dapat dikorelasikan.
Berkenaan dengan masalah hubungan
bahasa dan berfikir, Eric mengajukan teori mengajukan teori yang disebut Teori
Kemampuan Bahasa Khusus (Lenneberg, 1964). Menurut Lenneberg banyak bukti yang
menunjukkan bahwa manusia menerima warisan biologi asli berupa kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang khusus untuk manusia, dan yang
tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran. Bukti bahwa manusia
telah dipersiapkan secara biologis untuk berbahasa menurut Leeneberg adalah
sebagai berikut.
1) Kemampuan berbahasa
sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fonologi manusia,
seperti bagian-bagian, otak tertentu yang mendasari bahasa.
2) Jadwal perkembangan bahasa yang sama berlaku bagi semua anak-anak normal. Semua anak-anak bias dikatakan mengikuti strategi dan waktu pemerolehan bahasa yang sama, yaitu lebih dulu menguasai prinsip-prinsip pembagian dan pola persepsi. 3) Perkembangan bahasa tidak dapat dihambat meskipun poda anak-anak yang mempunyai cacat tertentu seperti buta, tuli, atau memiliki orang tua pekak sejak lahir. Namun, bahasa anak-anak ini tetap berkembang dengan hanya sedikit kelambatan.
2) Jadwal perkembangan bahasa yang sama berlaku bagi semua anak-anak normal. Semua anak-anak bias dikatakan mengikuti strategi dan waktu pemerolehan bahasa yang sama, yaitu lebih dulu menguasai prinsip-prinsip pembagian dan pola persepsi. 3) Perkembangan bahasa tidak dapat dihambat meskipun poda anak-anak yang mempunyai cacat tertentu seperti buta, tuli, atau memiliki orang tua pekak sejak lahir. Namun, bahasa anak-anak ini tetap berkembang dengan hanya sedikit kelambatan.
4) Bahasa tidak dapat
diajarkan pada makhluk lain. Hingga saat ini belum pernah ada makhluk lain yang
mampu menguasai bahasa, sekalipun telah di ajar dengan cara-cara yang luar
biasa.
5) Setiap bahasa, tanpa
kecuali, didasarkan pada prinsip-prinsip semantic, sintaksis, dan fonologi yang
universal. Jadi, terdapat semacam pencabangan dalam teori
Leenneberg ini. Dia seolah-olah bermaksud membedakan perkembangan bahasa dari
segi ontogenetis (pemerolehan bahasa oleh individu) dan dari segi filogenetis
(kelahiran bahasa suatu masyarakat). Dalam hal ini pemerolehan bahasa secara
ontogenetis tidak ada hubungannya dengan kognisi; sedangkan secara filogenetis
kelahiran bahasa suatu masyarakat sebagiannya ditentukan oleh kemampuan bahasa
nurani, dan sebagian lagi oleh kemampuan kognitif nurani, bukan bahasa yang
lebih luas.
Lenneberg dalam Teori Kemampuan Bahasa Khusus telah menyimpulkan banyak bukti yang menyatakan bahwa upaya manusia untuk berbahasa didasari oleh biologi yang khusus untuk manusia dan bersumber pada genetik tersendiri secara asal. Namun, dalam bukunya yang ditulis kemudian (1967), beliau mulai cenderung beranggapan bahwa bahasa dihasilkan oleh upaya kognitif, bukan linguistik yang lebih luas, sehingga menyerupai pandangan Piaget.
Lenneberg dalam Teori Kemampuan Bahasa Khusus telah menyimpulkan banyak bukti yang menyatakan bahwa upaya manusia untuk berbahasa didasari oleh biologi yang khusus untuk manusia dan bersumber pada genetik tersendiri secara asal. Namun, dalam bukunya yang ditulis kemudian (1967), beliau mulai cenderung beranggapan bahwa bahasa dihasilkan oleh upaya kognitif, bukan linguistik yang lebih luas, sehingga menyerupai pandangan Piaget.
2.4.7 Teori Bruner
Jerome Seymour Bruner
Jerome Seymour Bruner (1 Oktober 1915 - 5 Juni 2016) adalah seorang psikolog Amerika yang membuat kontribusi signifikan untuk psikologi kognitif manusia dan teori belajar kognitif dalam psikologi pendidikan. Bruner adalah seorang peneliti senior di New York University School of Law. Dia menerima B.A. sebuah pada tahun 1937 dari Duke University dan gelar Ph.D. dari Universitas Harvard pada tahun 1941.Sebuah Tinjauan survei Psikologi Umum, diterbitkan pada tahun 2002, peringkat Bruner sebagai 28 psikolog yang paling dikutip dari abad ke-20.
Berkenaan dengan masalah
hubungan bahasa dan pemikiran, Bruner memperkenalkan teori yang disebutnya
Teori Instrumentalisme. Menurut teori ini bahasa adalah alat pada manusia untuk
mengembangkan dan menyempurnakan pemikir itu. Dengan kata lain, bahasa dapat
membantu pemikiran manusia supaya dapat berpikir lebih sistematis. Dalam bidang
pendidikan, implikasi teori Bruner ini sangat besar. Memang dalam hubungan
inilah beliau ingin mengembangkan teori ini. Di samping adanya dua kecakapan yang melibatkan bahasa, yaitu kecakapan
linguistik dan kecakapan komunikasi, teori Bruner ini juga memperkenalkan
adanya kecakapan analisis yang dimiliki oleh setiap manusia yang berbahasa.
Kecakapan analisis ini akan dapat berkembang menjadi lebih baik dengan pendidikan melalui bahasa yang formal karena kemampuan analisis ini hanya mungkin dikembangkan setelah seseorang mempunyai kecakapan komunikasi yang baik.
Kecakapan analisis ini akan dapat berkembang menjadi lebih baik dengan pendidikan melalui bahasa yang formal karena kemampuan analisis ini hanya mungkin dikembangkan setelah seseorang mempunyai kecakapan komunikasi yang baik.
2.4.8 Kekontroversian Hipotesis Sapir-Whorf
Teori-teori atau
hipotesis-hipotesis yang dibicarakan di atas tampak cenderung saling
bertentangan. Teori pertama dari Von Humboldt mengatakan bahwa adanya pandangan
hidup yang bermacam-macam adalah karena adanya keragaman sistem bahasa dan
adanya sistem bahasa dan adanya sistem unifersal yang dimiliki oleh bahasa-bahasa
yang ada di dunia ini. Teori kedua dari Sapir-Whorf menyatakan bahwa struktur
bahasa menentukan struktur pikiran. Teori ketiga dari Piaget Menyatakan bahwa
struktur pikiran di bentuk oleh perilaku, dan bukan oleh struktur bahasa.
Struktur pikiran mendahului kemampuan-kemampuan yang dipakai kemudian untuk
berbahasa. Teori keempat dari Vygotsky menyatakan bahwa pada mulanya bahasa dan
pikiran berkembang sendiri-sendiri dan tidak saling mempengaruhi; tetapi pada
pertumbuhan selanjutnya keduanya saling mempengaruhi; bahasa mempengaruhi
pikiran dan pikiran mempengaruhi bahasa. Teori kelima dari Chomsky menyatakan
bahwa bahasa dan pemikiran adalah dua buah system yang bersaingan yang memiliki
keotonomiannya masing-masing. Pada tingkat struktur-dalam bahasa-bahasa di
dunia ini sama karena di dasari oleh system unifersal; tetpi pada tingkat
struktur-luar bahasa-bahasa itu berbeda-beda. Teori ke enam dari Lennerberg
mengatakan bahwa manusia telah menerima warisan biologi ketika dilahirkan,
berupa kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang khusus untuk manusia; dan
tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau pemikiran. Kemampuan berbahasa ini
mempunyai korelasi yang rendah dengan IQ manusia. Teori ketujuh dari Bruner
menyatakan bahwa bahasa adalah alat bagi manusia untuk berpikir, untuk
menyempurnakan dan mengembangkan pemikirannya itu. Diantara
teori atau hipotesis di atas barangkali hipotesis Sapir-Whorf-lah yang paling
controversial. Hipotesis ini yang menyatakan bahwa jalan pikiran dan kebudayaan
suatu masyarakat ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur bahasanya, banyak
menimbulkan kritik dan reksi hebat dari para ahli filsafat, linguistik,
psikologi, psikolinguistik, sosiologi, antropologi dan lain-lain. Untuk menguji hipotesis Sapir-Whorf itu, Farb (1947)
mengadakan penelitian terhadap sejumlah wanita jepang yang menikah dengan orang
Amerika yang tinggal di San Fransisko, Amerika. Dari penelitian itu Farb
menarik kesimpulan bahwa bahasa bukan menyebabkan perbedaan-perbedaan
kebudayaan, tetapi hanya mencerminkan kebudayaan tersebut. Bahasa Jepang
mencerminkan kebudayaan jepang, dan bahasa Inggris mencerminkan kebudayaan
Inggris.
Satu masalah lagi dari
persoalan hubungan bahasa, pemikiran, dan kebudayaan ini adalah apa bedanya
kebudayaan dengan pemikiran atau pandangan hidup (weltanschauung). Bukankah
kebudayaan itu sama dengan pandangan hidup? Masalah ini sukar di jawab; para
sarjana pun berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun, satu hal yang tidak dapat
disanggah oleh sipapun, bahwa kebudayaan adalah milik suatu masyarakat,
sedangkan pemikiran adalah milik perseorangan. Anggota-anggota masyarakat yang
memiliki pemikiran atau pandangan hidup yang berbeda. Beberapa
uraian para ahli mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran antara lain.
1.
Bahasa mempengaruhi pikiran
Pemahaman terhadap kata
mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran dapat manusia
terkondisikan oleh kata yang manusia digunakan. Tokoh yang mendukung hubungan
ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Saphir. Whorf mengambil contoh
Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang
Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam mejelaskan sebuah realitas. Hal ini
membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.
2.
Pikiran mempengaruhi bahas
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi
kognitif yang tak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget. Melalui observasi yang
dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat
bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang
digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang
digunakannya.
3.
Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi.
Budaya
|
Pikiran
|
Bahasa
|
Gambar 1.1 Hubungan bahasa, pikiran, dan budaya
Komentar
Posting Komentar